Pada suatu malam yang tampak biasa di bumi manusia, seorang bapak-bapak di Bekasi bernama Pak Ujang kembali menatap langit-langit kamar. Sudah jam 2 pagi, tapi matanya masih terbuka lebar seperti lembar tagihan listrik setelah Lebaran. Bukan karena ngopi, bukan karena nonton sinetron bersambung, tapi karena si dia---insomnia.
Pak Ujang bukan satu-satunya. Data dari Kementerian Kesehatan tahun 2025 menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia mengalami gejala insomnia ringan hingga kronis. Nah, dari angka itu, sekitar 20% berisiko mengalami gangguan kesehatan serius akibat kekurangan tidur, termasuk Pak Ujang yang tiap malam jadi fans berat tiktok, bukan tidur.
Kalau kamu salah satu orang yang bangga bilang, "Aku cuma tidur 3 jam sehari, tapi kuat kok," maka izinkan kami menyampaikan: tidak ada piala untuk itu. Justru ada potensi tiket one way ke rumah sakit. Atau lebih ekstrem: ke alam baka. Tapi jangan panik dulu, yuk kita bahas pelan-pelan---dengan kopi tanpa kafein, tentu saja.
1. Apa Itu Insomnia?
Insomnia bukan cuma soal "susah tidur", tapi juga "tidak puas dengan tidur"---seperti punya kasur mahal tapi nggak bisa dinikmati. Secara medis, insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan memulai tidur, mempertahankan tidur, atau bangun terlalu pagi dan nggak bisa tidur lagi (kayak mantan yang udah pergi dan tak kembali).
Menurut Health Match dan Verywell Health, kondisi ini jadi kronis kalau terjadi minimal 3 kali seminggu selama lebih dari 3 bulan, dan tidak disebabkan oleh faktor eksternal seperti tetangga karaokean sampai jam 1 pagi.
2. Mengapa Bisa Mematikan?
Insomnia tidak langsung bikin jantung berhenti dadakan seperti liat saldo ATM habis belanja. Tapi... insomnia memicu banyak penyakit serius yang akhirnya bisa mempercepat ajal. Kayak efek domino, dimulai dari kurang tidur, lanjut ke hormon stres (kortisol) yang naik, metabolisme kacau, gula darah naik, tekanan darah juga ikut-ikutan. Ujungnya? Selamat datang stroke, jantung koroner, diabetes, hipertensi, bahkan kecelakaan lalu lintas karena ngantuk berat di jalan.
Menurut sebuah studi di AS, orang yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki risiko kematian 10--12% lebih tinggi dari mereka yang tidur cukup.
3. Siapa Saja yang Berisiko?
Kamu yang:
Tidur sambil megang HP dan niatnya 5 menit, tapi tahu-tahu scroll sampai subuh.
Kerja lembur tiap malam, bangga posting jam 2 pagi masih ngoding.
Sering mikirin "kenapa dia ghosting?" sampai lupa tidur.
Secara global, wanita punya risiko lebih besar terkena insomnia karena fluktuasi hormon (apalagi saat PMS atau menopause), dan pekerja shift malam juga tergolong rawan.