Mohon tunggu...
DEVA SEPTANA
DEVA SEPTANA Mohon Tunggu... Journalist

dseptana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Zilenial Konsumtif, Kenapa?

23 April 2025   15:10 Diperbarui: 23 April 2025   16:34 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Gaya hidup konsumtif generasi Z dan milenial, yang kerap disebut sebagai generasi Zilenial, kini menjadi perhatian serius berbagai kalangan, mulai dari akademisi hingga praktisi keuangan. Meski kerap dipuji karena kecerdasan digital dan kemampuan adaptasi teknologi, nyatanya Zilenial juga dikenal lebih boros dibandingkan generasi sebelumnya seperti X dan baby boomers.

Fenomena ini terungkap dalam riset terbaru yang dilakukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura pada tahun 2025. Menariknya, hasil penelitian tersebut tidak hanya menggambarkan kondisi di kota-kota besar, tetapi juga menyoroti perilaku konsumtif Zilenial hingga ke daerah seperti Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

Siapa yang Terdampak?
Generasi Z dan milenial mendominasi perilaku ini. Mereka adalah anak-anak muda berusia 19--34 tahun yang tumbuh bersama pesatnya arus digitalisasi. Mereka punya pengetahuan luas, daya pikir kritis, dan keberanian berwirausaha. Tapi, di balik keunggulan itu, mereka juga hidup dalam tekanan: gaji stagnan, harga aset mahal, dunia kerja kompetitif, dan sosial media yang selalu menuntut pembuktian diri.

Apa Pemicunya?
Menurut M. Nur Syuhada, Psikolog dan Konsultan Laboratorium Psikologi Terapan Universitas Ahmad Dahlan, media sosial menjadi katalis utama. "Keputusan membeli para Zilenial seringkali impulsif, karena pengaruh media sosial dan dorongan lingkungan digital," ungkapnya.

Tren, promo, dan FOMO (fear of missing out) membuat Zilenial merasa wajib ikut arus. Satu unggahan influencer bisa menggerakkan ribuan dompet. Belanja daring juga semakin mudah: tinggal klik, bayar, dan tunggu barang tiba. Tak heran, 70% transaksi e-commerce berasal dari kalangan Zilenial, sebagaimana data dari Statista.

Kapan dan Dimana Terjadi?
Fenomena ini tak lagi terbatas di Jakarta atau Surabaya. Dari pusat kota hingga pelosok seperti Pamekasan, gaya hidup konsumtif ini meluas dan merata. Bahkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dalam satu dekade terakhir, masyarakat Indonesia---terutama Zilenial---lebih banyak membelanjakan uang untuk hiburan, fashion, dan pengalaman daripada kebutuhan pokok seperti pangan atau pendidikan.

Mengapa Harus Diwaspadai?
Masalahnya bukan hanya soal boros. Tapi bagaimana gaya hidup ini bisa mengganggu stabilitas keuangan jangka panjang. Rumah makin mahal, mobil melambung, gaji tak secepat harga aset. Akibatnya, Zilenial lebih banyak menghabiskan uang untuk hal instan ketimbang berinvestasi pada aset jangka panjang.

Lantas datanglah solusi cepat bernama fintek alias pinjaman online. Prosesnya mudah, iklannya menggoda, dan sering muncul di aplikasi yang digunakan anak muda. Tapi solusi ini seringkali menjadi jebakan. Imam Salehudin, Dosen FEB UI, menyebut bahwa banyak anak muda terjerat perilaku "gali lubang, tutup lubang" demi memenuhi gaya hidup.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa 70% pengguna pinjol berasal dari kalangan Zilenial. Total pinjaman mereka bahkan menyentuh Rp39,2 triliun per Desember 2024. Ironisnya, 70% pengeluaran mereka masih bersifat konsumtif.

Bagaimana Menghadapinya?
Menurut Sonyaruri Satiti, Peneliti dari Universitas Gadjah Mada, FOMO tak hanya menguras dompet, tapi juga merusak mental. "Zilenial perlu memperkuat literasi keuangan dan literasi digital agar tak jadi korban industri konsumsi," jelasnya.

Solusinya? Pendidikan keuangan sejak dini, kampanye bijak bermedia sosial, dan regulasi tegas terhadap promosi konsumtif di platform digital. Pemerintah, sekolah, influencer, dan keluarga perlu bersinergi menciptakan budaya konsumsi yang sehat dan produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun