Dahulu akal pikiran dengan mudahnya membenarkan pernyataan bahwa kesempatan takkan datang untuk kali kedua. Seiring dengan berjalannya waktu, pikiran tersebut mulai terkikis dan menganggap jika pasar saja bisa diciptakan, maka senada dengan kesempatan, kita pula yang ciptakan.
Benar saja pernyataan dari Louis Pasteur (ilmuwan) yang beranggapan 'kesempatan lebih menyukai benak yang siap’. Atas dasar itu nuansa nostalgia membawa serta jiwa & raga kembali ke Pulau Gusung Sanggalau, sebuah pulau yang terbentuk saat air laut surut tak jauh dari Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Pada kunjungan pertama harapan berbuah janji mengunjungi pulau ini sempat diungkap dalam hati. Oleh bantuan dari sang pencipta, keinginan tersebut bisa segera terwujud. Tepat pada pukul 11 menjelang siang, speed boat yang akan membawa kami dari Pulau Derawan ke Pulau Gusung telah tersedia. Berbagai macam perlenggapan dokumentasi berupa beragam kamera (DSLR & action cam) guna mendokumentasikan kembali suasana pulau nan cantik tersebut telah memadati drybag bersama dengan lainnya.
Tanpa perlu memaksa turun, peserta trip yang kurang lebih berjumlah belasan, langsung bergegas guna mengabadikan jejak langkah di pulau tersebut. Ada yang berbahagia, ada yang bernostalgia. Ada yang menikmati, serta ada yang mengkaji.
Pulau Pelipur Lara
Jika bertanya di mana tempatnya, ya di Gusung Sanggalau. Meski namanya mengandung unsur galau yang diartikan oleh banyak anak muda sebagai pikiran kacau tak karuan, sebenarnya hal tersebut tak ada hubungannya dengan pulau tersebut. Justru di sini tempat di mana pikiran yang tadinya tak karuan dengan masalah yang mengunung bisa diobati. Dengan kata lain sebagai tempat pelipur lara.
Semilir ombak, pasir putih, serta angin sepoi-sepoi dapat dikatakan sebagai daya tariknya. Hal itulah yang mampu menghipnotis ragam otak yang mengunjungi. Kebebasan untuk melangkah sekaligus menuangkan kreativitas dalam berbagai macam ekspresi kebahagiaan melalui jepretan kamera yang nantinya siap dibagikan melalui socmed.
Pikiran yang tadinya berisi ragam masalah bisa sejenak terlupakan, apalagi ketika mengisi ritual mengunjungi pulau dengan selebrasi berenang di bibir pantai. Saat raga mulai menyatu dengan hangatnya air, di situlah ketenangan akan didapat.