Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Merdunya" Sejarah Gamelan dalam Relief Candi Borobudur

14 Mei 2021   19:05 Diperbarui: 14 Mei 2021   19:28 2171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu relief Candi Borobudur| Prentenkabinet Leiden

Gamelan adalah sebentuk warisan dari bumi Nusantara. Sejak dulu kala, gamelan bukan semata berbicara soal musik. Ia berelasi dengan banyak hal: politik, agama, sosial, dan budaya. Kehadirannya jadi bukti keagungan tinggi peradaban nenek moyang bangsa Indonesia. Jejak gamelan bahkan telah hadir pada relief Candi Borobudur. Relief itu laksana bukti musik --gamelan-- sudah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia sejak abad ke-8. Lebih lagi, sebagai penyeimbang antara etika dan estetika.

Selain terdapat ratusan patung, dua sisi dinding teras dari Candi Borobudur semuanya tertutup relief yang diukir pada batu keras. Relief Borobudur tak ubahnya sebuah kitab. Relief tersebut memuat banyak ilmu pengetahuan. Akan tetapi, membaca relief tak boleh sembarangan. 

Bagi relief yang dipahat pada dinding-dinding Candi Borobudur harus dibaca dari kanan ke kiri (prasawya) -- berlawanan dengan arah jarum jam. Sedang, untuk membaca relief yang berada di bagian dalam pagar langkan dibaca sebaliknya, atau searah dengan jarum jam.

Pendangan itu diamini oleh Antropolog dari Universitas Negeri Makassar, Dimas Ario Sumilih. Cara itu digunakan agar memudahkan khalayak membedakan antara relief berisi cerita atau relief non-cerita (ornament, hiasan, atribut). 

Jika dipelajari dengan seksama, relief-relief menakjubkan itu akan memberikan informasi terkait banyak hal. Relief Borobudur dapat bercerita terkait kejadian alam, teknologi yang digunakan, bentuk bangunan, hingga budaya--termasuk alat musik.

Alhasil, Borobudur yang selama ini kita kenal, bukan saja sebagai situs candi terbesar di negeri ini, tetapi ternyata bisa dikatakan bahwa situs ini dulu adalah pusat musik dunia. Sebuah sentrum yang mempertemukan ragam peradaban dari seluruh nusantara, bahkan dunia, melalui seni musik.

Borobudur Pusat Musik Dunia

Perihal alat musik sendiri, lebih dari 200 relief yang berada di 40 panil menampilkan 60-an jenis alat musik. Masing-masing alat musik itu berjenis: petik, tiup, pukul, dan membran. Peruntukkan alat musik pada masa itu --abad ke-8---pun beragam. 

Alat musik digunakan untuk sajian pertunjukan, upacara-upacara penting, hingga pengiring tarian-tarian sakral. Dalam konteks itu, relief alat musik jadi bukti penghargaan masyarakat Nusantara kepada seni. Tentu dengan level estetika yang tinggi.

salah satu relief Candi Borobudur| Prentenkabinet Leiden
salah satu relief Candi Borobudur| Prentenkabinet Leiden
relief musik di Candi Borobudur| Museum Volkenkunde Belanda
relief musik di Candi Borobudur| Museum Volkenkunde Belanda
"Jelas ini menunjukkan keagungan, kemasyhuran, dan peradaban tinggi nenek moyang leluhur bangsa kita yang tatanan kehidupan dan gambaran kemasyarakatannya terlukis jelas melalui relief di candi-candi, khususnya Candi Borobudur," cerita Dimas Ario Sumilih kepada penulis, Senin, 10 Mei.

"Alat-alat musik yang dipahatkan di sana menunjukkan bahwa masa itu peradaban sudah berjaya tidak hanya menegakkan etika, namun menuntut pada level estetika. Alat-alat musik yang terdapat pada pahatan relief di Candi Borobudur menunjukkan keragaman dan kekayaan instrumen musik yang dikenal, dipakai, dan dinikmati oleh masyarakat dalam tata kehidupannya," tambah antropolog kelahiran Yogyakarta tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun