Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tren Tagar #KaburAjaDulu Cermin Ketidakhadiran Negara

21 Februari 2025   02:31 Diperbarui: 21 Februari 2025   02:31 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka golongan muda ini sadar di luar negeri kualitas hidup lebih baik dalam hal jaminan sosial, pendidikan, kesempatan kerja dan juga kebebasan dalam berekspresi.  Harusnya di sini negara hadir, karena mereka adalah generasi emas yang diharapkan mewujudkan Indonesia emas nantinya.  Tetapi yang terjadi negeri ini membiarkan kehilangan talenta-talenta yang harusnya dapat membawa Indonesia menjadi lebih maju.  Ketidakpastian di dalam negeri telah mendorong golongan muda mencari kehidupan lebih baik di negeri orang.

Lalu apakah menjadi soal jika menjadi warga kelas dua di negeri orang seperti komentar salah satu petinggi negeri ini?  Rasanya tidak perlu sesinis itu, karena di Indonesia pun tidak menjadi warga kelas satu.  Di negeri ini kelas satu hanyalah milik petinggi, orang pemerintahan dan oligargi.

Tetapi dengan menjadi guru, buruh atau pekerja di kebun sekalipun nyatanya kehidupan mereka di negeri orang banyak yang jauh lebih baik.  Tidak menutup juga ada lapangan pekerjaan untuk kalangan profesional dengan keahlian khusus misalnya.  Tanpa harus menjadi warga negara kelas satu sekalipun.

Lalu bagaimana dengan nasionalisme?  Faktanya, mereka yang bekerja di luar tidaklah melupakan tanah air.  Kebanyakan dari mereka bekerja di luar, mengirim uang untuk keluarganya.  Kiriman inilah yang kemudian membantu untuk biaya pendidikan keluarganya, membeli tanah, memperbaiki kehidupan keluarga di tanah air, bahkan membuka lapangan pekerjaan di tanah air.

Belum lagi jika bicara tentang prestasi ataupun pencapaian mereka yang bekerja di luar negeri.  Kita sebut nama Damar Canggih Wicaksono, anak pelawak mendiang Dono Warkop yang kini bekerja di Jerman sebagai ahli nuklir.  Apakah ini tidak mengharumkan nama Indonesia?  Kemudian kita juga mengenal Anggun C. Sasmi penyanyi Indonesia yang telah berganti kewarganegaraan Prancis sekalipun tetapi selalu bangga mengatakan pada dunia "Saya orang Indonesia."  Apakah ini tidak nasionalis?

Oooo..... mereka itu nama-nama besar!  Baik, kebetulan saya pernah mengenyam pendidikan dan bekerja di luar negeri.  Berbekal kemampuan menari tradisional, saya bangga memperkenalkan budaya Indonesia ketika itu.  Saya mengetahui pasti banyak keluarga Indonesia dan anak Indonesia yang belajar dan bekerja di negeri orang selalu bangga mengatakan "Saya orang Indonesia, I am Indonesian."  Menurut saya, menjaga nama baik dengan berprilaku baik selama berada di negeri orang adalah satu bentuk nyata nasionalisme.  Nasionalisme adalah dengan tidak melukai Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun