Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Keluarga Bertanggung Jawab terhadap Pendidikan Moral Anak

1 Maret 2023   03:40 Diperbarui: 1 Maret 2023   08:50 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hukumonline.com/

Sehingga merujuk kejadian di mall tersebut, apakah bisa dikatakan keluarga tersebut telah menanamkan pendidikan moral yang baik?  Sementara membentak dan mempermalukan ART dilakukan di depan dua gadis kecil yang seharusnya diajarkan baik dan buruk, salah dan benar sedari dini. 

Bayangkan, jika sikap membentak penuh arogan dipertontonkan sehari-hari.  Maka bukankah nilai ini akan dianggap benar nantinya?  Tidak heran jika mereka pun akan tumbuh menjadi pribadi yang sombong dan minim empati.  Ngeri, disadari atau tidak karakter seperti ini telah (sengaja) dibentuk seiring tumbuh kembangnya.

Maka tidaklah heran mendapati kasus Mario yang brutal menghajar David beberapa waktu lalu.  Dilanjutkan protes netizen yang gerah dengan wajah cuek Mario.  Sangat bisa jadi Mario terbiasa hidup dengan nilai yang menurutnya benar.  

Segala fasilitas kemewahan sebagai anak pejabat membuatnya rasa menjabat.  Padahal yang sesungguhnya pejabat adalah bapak, bukan anaknya!  Sangat bisa jadi juga ketidakpekaan keluarga berujung petaka moral bagi si anak.  Sehingga di dalam hal ini Mario salah mengartikan nilai moral yang dianutnya.

Mario bukan satu-satunya contoh.  Sekarangpun masih sering menjumpai kendaraan plat merah digunakan untuk mengantarkan anak ke sekolah.  Katakanlah si anak belum mengerti karena usianya masih TK misalnya.  Masih terlalu belia, terlalu dini menurut pendapat orang tua.  Tetapi justru sebagai orang tua harusnya bisa mendidik si anak sejak dini.  Bahkan termasuk di dalamnya penggunaan fasilitas negara, tidak seharusnya digunakan untuk kepentingan keluarga.

Penting bagi orang tua pejabat menjelaskan kepada anak-anaknya, bahwa anak mereka tidak ada sangkut pautnya dengan jabatan orang tuanya.  Artinya, orang tua seharusnya tidak mendidik anaknya menjadi manja dengan segala kemewahan dan kenyamanan karena pejabat, ataupun karena ekonomi yang mapan.  Faktanya, yang mapan adalah orang tuanya, bukan anaknya!


Menurut hasil Jurnal Golden Age dikatakan perkembangan anak pada usia dini akan mempengaruhi perkembangan pada usia berikutnya. Husni Rahim and Maila Dinia Husni Rahiem (2012: 454) menjelaskan "Early childhood is a crucial stage in terms of a child's physical, intellectual, emotional and social development. Mental and physical abilities progress at an astounding rate and a very high proportion of learning takes place from birth to age six years old."  Artinya, Usia dini adalah usia kritis pada perkembangan fisik, intelektual, dan sosial emosional.

Maka kondisi ini tidak hanya bicara anak pejabat.  Tetapi setiap keluarga harus bertanggungjawab terhadap pendidikan moral anak.  Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah:

  • Orang tua adalah contoh, artinya orang tua harus menjadi teladan dalam bersikap dan bertutur kata.  Jika orang tua terbiasa sombong, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang arogan.  
    Demikian juga jika orang tua terbiasa mengeluarkan berkata kasar dan kotor, maka anak meniru dan mengadaptasinya sebagai nilai dalam karakter dirinya.  Namun sebaliknya, jika orang tua bersikap ramah, sederhana dan menjunjung pekerti.  Maka anak mencontohnya di dalam kehidupannya.

  • Memulai kebiasaan sederhana, maksudnya biasakanlah untuk memiliki empati, mengucap terima kasih, mengatakan maaf dan mengucapkan minta tolong ketimbang "bossy" memerintah.

  • Membangun sosialisasi dengan lingkungan, dengan tujuan agar anak mengenal orang lain.  Keluar dari zona nyaman, dan melihat lebih banyak hal sehingga lebih luwes dalam bermasyarakat.

  • Menasehati dan membangun komunikasi tanpa menggurui ataupun mendikte, sebab seiring zaman maka pendekatan terhadap anak pun berubah.  Anak di zaman sekarang lebih menyukai diskusi, pendekatan secara teman, tidak memojokkan mereka.  Tetapi menghargai pendapat mereka sekalipun posisi sebagai anak.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Parenting Selengkapnya
    Lihat Parenting Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun