Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Giring Nyapres, Menggiring Demokrasi

1 September 2020   00:15 Diperbarui: 1 September 2020   00:09 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://www.tribunnews.com/

Berita Giring vokalis group musik Nidji nyapres ternyata memancing reaksi yang ramai.  Padahal menurut penulis sih asyik-asyik saja.  Secara berita, ini luarbiasa, kaget atau sempoyongan mungkin. Tidak pernah dibayangkan langkah politik Giring akan seberani atau senekat ini.   Tetapi yah, disitulah letak asyiknya.

Asyik karena ini membawa angin segar untuk kalangan muda tentunya.  Yah...jujurnya selain anaknya Pakde Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang juga ikutan dalam pemilihan Wali Kota Solo, maka kedua sosok ini bisalah dianggap angin segar untuk politik tanah air.  Terlepas dari jejak politik keduanya yang terbilang masih balita tentunya.  Mari tinggalkan Gibran, dan fokus dengan Giring yang berani maju nyapres untuk 2024.

Nama Giring pastinya tidak asing, karena karir keartisannya sebagai vokalis Nidji terbilang aman, dan penggemar yang bisa jadi pendukungnya juga pastinya ada.  Apalagi sejak terjun dalam dunia politik kini Giring menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).  Maka lengkap, mulus dan "pantas" ini yang menjadi bonus bagi PSI untuk menggiring Giring nyapres di 2024.

Bicara salah atau dibilang ngaca yah nggak tepat banget.  Jangan lupa, negeri kita menjunjung demokrasi.  Berarti siapapun yang merasa mampu, pantas dan apalagi didukung partai yah silahkan saja maju dalam percaturan politik.  Selagi nantinya semua syarat-syaratnya dipenuhi.

Bahkan rekam digital pernah mencatat 'Ksatria Bergitar', Raja Dangdut Rhoma Irama jelang Pemilu 2014 adalah salah satu kandidat calon presiden dari PKB.  Walau akhirnya cerita berakhir berbeda, dan Pemilu 2019 justru PKB mengusung Jokowi-JK bertarung dengan pasangan Prabowo Subianto -- Hatta Rajasa.  Lalu Rhoma justru menjadi pendukung Prabowo ketika itu.  Artinya, inilah dinamika atau demokrasi dalam politik.

Saat ini juga "semangat" menjadi presiden itu begitu menggebu dan makin seru.  Menemukan fakta ternyata banyak "peminat" menjadi orang nomor 1 negeri ini.  

Terlepas apakah tujuan mereka untuk melayani, atau perjuangan lainnya.  Kembali lagi, inilah demokrasi, dan pada akhirnya selain syarat-syarat yang nantinya harus dipenuhi, juga suara rakyat yang menjadi kunci nantinya.

Menurut penulis, disinilah rakyat dituntut semakin dewasa dalam berpolitik.  Artinya, jangan terpukau dengan atribut-atribut lain selain visi dan misi kandidat yang sifatnya membangun.   

Atribut disini termasuk diantaranya baju keartisan, nama besar atau bahkan simbol-simbol keagamaan yang bahkan bisa menggelapkan kualitas sesungguhnya seorang pemimpin.

Sangat tidak bisa kita ini dibuai oleh mimpi, karena mimpi tidak akan bisa membuat kita maju!  Hidup itu adalah kenyataan, adalah fakta dan bukan mimpi.  

Faktanya sebuah negara bisa maju jika rakyatnya bisa bersatu, jika rakyatnya mau bekerja keras, berpandangan visioner dan siap berkompetisi.  Inilah kualitas yang harus dicari dari seorang pemimpin negeri ini.  

Ini semua hanya bisa dilihat dari rekam jejak atau catatan prestasi sebagai modal tak terbantahkan.  Jadi bukan bualan atau kecap di botol yang hanya untuk penyedap sesaat saja.

Giring nyapres, kenapa tidak?  Inilah demokrasi, selagi memang bisa membuktikan kualitasnya.

Refrensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun