Mohon tunggu...
Destin Ade Kevin
Destin Ade Kevin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya

to God be the glory

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jadi Petani Milenial, Siapa Takut?

16 November 2022   22:11 Diperbarui: 16 November 2022   22:21 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sawah (sumber: padangkita.com)

(4) Dibentuk kelompok usaha bersama terfokus (KUB). 

(5) Pelatihan dan magang bagi petani muda di bidang pertanian. 

(6) Optimalisasi tenaga pendamping untuk pembinaan dan pengembangan petani muda, dapat dengan menarik minat generasi untuk bertani dengan melakukan kegiatan bertani dengan paket teknologi. 

Pembangunan pertanian saat ini berorientasi pada teknologi dan menjadi syarat mutlak bagi pertumbuhan pertanian (Silaban dan Sugiharto, 2016). Insentif dan pelatihan di bidang pertanian dapat dipromosikan secara langsung melibatkan generasi muda di bidang pertanian.

Generasi penerus bangsa harus mampu memberikan kontribusi dan ikut mengembangkan sektor pertanian di Indonesia. Kemajuan bangsa ini sangat bergantung pada generasi milenialnya untuk terjun di sektor pertanian, dalam bidang agribisnis ataupun agroindustri. 

Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat, seharusnya hal ini dapat mempermudah petani milenial untuk lebih mengembangkan potensi dirinya dan menerapkannya secara langsung di lapangan. Untuk dapat mengembangkan diri dengan baik, pertanian harus ditekuni sedari remaja. 

Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman akan bertani menyebabkan petani dapat mencermati dengan teliti dan cermat mengenai proses pengolahan pertanian yang terjadi di lahan (Saraswati et al., 2022).

Sebagai generasi milenial, kewajiban yang paling utama adalah belajar. Setelah munculnya minat untuk terjun pada sektor pertanian, langkah awal yang dapat dilakukan yaitu mempelajari terlebih dahulu materi terkait pertanian, diselingi juga dengan pelaksanaan praktik di lapangan agar menambah pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari. 

Seorang petani bukan hanya tentang menanam dan membajak di sawah, tetapi juga mempelajari mengenai lapangan, tantangan yang harus dihadapi, hingga mampu untuk meminimalisir adanya risiko yang dapat terjadi selama produksi. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam, dapat memunculkan kemungkinan, usaha yang dilakukan akan berhasil dan lancar.

Berdasarkan perspektif yang telah disampaikan, menunjukkan bahwa menjadi petani milenial bukanlah suatu hal yang memalukan, kuno, dan dianggap rendah. Justru, ketika kita menjadi generasi penerus bangsa yang mampu memajukan sektor pertanian, itu merupakan hal yang membanggakan dan berarti kita terlibat memajukan kehidupan masyarakat Indonesia. 

Bagaimana bisa? Karena pertanianlah yang menghasilkan produk-produk pangan, dimana pangan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Oleh sebab itu, sebagai generasi milenial, kita harus membuka mindset kita lebih luas lagi dan mulai menanamkan rasa minat pada sektor pertanian, karena pertanian Indonesia membutuhkan generasi muda untuk bergerak. Yuk, jangan takut jadi petani milenial!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun