Mohon tunggu...
Dessy Amalya
Dessy Amalya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

a writer who loves imagining and creating a story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peron

18 Juni 2012   08:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa ini?" tanyaku penasaran.

"Buka dan kau baca saja sendiri apa yang ada di dalam itu," katanya parau.

Ada sebuah perasaan yang tidak dapat kumengerti menghampiri hati dan otakku. Perlahan kubuka amplop itu. Sebuah kertas di dalamnya, aku pun langsung mengeluarkannya. Kubuka perlahan-sebuah surat.

Kubaca setiap baris dengan penuh seksama, hingga akhirnya mataku dipertemukan oleh sebuah baris yang membuat dadaku semakin terasa sesak oleh kata-katanya. Membuat tanganku bergemetar. Membuat tubuhku lemas. Membuatku tak kuasa menahan butiran air yang telah tertampung di kantung mata. Begitu sesak-sulit membuatku untuk dapat bernapas. Tenggorokanku tercekat kuat-sulit untuk berkata-kata.

Wanita yang berdiri di hadapanku kini langsung memelukku. Kurasakan sesuatu menetes di atas bahuku, dan itu air matanya.

Dan... kini butiran air di kantung mataku berhasil keluar.

---

Kupandangi sebuah foto yang kini ada di genggaman tanganku. Sekelebat memori tentang dirinya melintas di pikiranku. Saat aku pertama bertemu dengannya. Saat berkenalan dengannya. Saat aku mencoba mengajaknya berbicara. Saat aku mencoba mencari perhatiannya. Saat aku mencoba terus mendekatinya. Saat... saat di mana akhirnya aku bisa menghabiskan waktuku berdua bersama dengan dirinya selama tiga hari. Memori itu terus mengalun di pikiranku.

Dan... kini, sudah tidak ada lagi senyumnya. Yang terisa dan yang ada hanyalah sebuah kenangan-kenangan indah yang tak akan pernah mungkin dapat dilupakan.

Dear, lovely Amanda...
Mungkin saat kau membaca surat ini, aku sudah tidak akan ada lagi di dunia nan indah ini. Tapi biarpun begitu, janganlah menangis, Amanda. Aku tidak ingin melihatmu bersedih. Aku tidak ingin melihatmu menangis karena aku, Amanda.
Sebenarnya, saat seminggu itu aku tidak menampakkan diri karena aku sedang di-opname di Ellizabeth Hospital. Dan juga sebenarnya hari ini aku berada di rumah sakit, bukan untuk bertemu dengan klien.
Hmm... Pernahkah aku berkata jujur tentang perasaanku yang sebenarnya padamu, Amanda? Ah, sepertinya belum, mengingat sikapku yang selalu dingin padamu, pasti aku belum pernah memberitahumu.
Well... honsetly, I'm deeply in love with you, Amanda. Sejak pertemuan pertama kita di peron saat itu, sejujurnya aku sudah menaruh perasaan padamu. Tapi, saat mengingat penyakitku yang membuat hidupku tak akan lama lagi, membuatku tak berdaya dan selalu bersikap dingin padamu. Dan, aku sangat menyesali perbuatanku itu.
Tapi, akhirnya, aku bisa juga bersamamu, menghabiskan waktu bersama... yah, walau hanya tiga hari, tapi aku tetap menikmatinya. Saat bersamamu waktu itu, aku bisa menjadi diriku sendiri dan tidak berpura-pura. Aku tidak akan pernah melupakan kenangan itu, kenangan di mana saat kita berdua, bersama-sama.
Terima kasih, Amanda, kau sudah memberiku kenangan indah yang tak akan pernah mungkin dapat dilupakan begitu saja.
Satu hal yang kuminta dari dirimu, janganlah menangis, Amanda. Tetaplah tersenyum.

Thanks again for had given me a beautiful memories.

Rayhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun