Mohon tunggu...
Dessy Amalya
Dessy Amalya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

a writer who loves imagining and creating a story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peron

18 Juni 2012   08:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seketika hening menghampiri kami. Aku benci akan keheningan yang seperti ini. Tapi, seketika juga keheningan itu menghilang saat aku merasakan kedua tangannya meremas lembut kedua tanganku, dan kudapati matanya menatap mataku dalam... lembut dan hangat. Ia menarik senyum. "Tentu saja, dengan senang hati kau boleh menghabiskan sisa waktumu di sini bersamaku, Amanda."

Aku mengerjap tak yakin dengan apa yang baru saja kudengar. "Benarkah?" tanyaku untuk lebih meyakinkan.

Ray mengangguk. "Ya."

---

Tuhan benar-benar mengabulkan doaku. Selama tiga hari ini aku bisa merasa sangat bahagia karena bisa terus bersama dirinya. Sikapnya tidak lagi seperti dulu yang selalu saja dingin, dan acuh tak acuh, kini ia berbeda. Ray jadi banyak bertanya, dan terus mencari topik untuk dibicarakan. Beberapa kali ia menggenggam tangaku, melingkarkan tangannya di bahuku dan mengecup ringan keningku. Benar-benar seperti sepasang kekasih.

"Amanda, aku benar-benar minta maaf karena aku tidak bisa mengantarmu ke bandara nanti, karena ada urusan mendadak dari kantor," ujar Ray, suaranya terdengar parau.


"Kantor? Tapi ini hari Minggu, Ray."

"Entahlah, tiba-tiba saja ada klien yang minta bertemu hari ini. Memangnya pesawat take off jam berapa?" tanyanya di sebrang sana.

"Jam delapan."

"Delapan? Um... sepertinya aku sudah selesai meeting, nanti aku akan menyusulmu langsung di bandara saja, bagaimana? I promise. Kau tidak keberatan kan kalau aku menyusul?"

"Menyusul?" aku diam sejenak dan lalu melanjutkan, "Baiklah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun