Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

â–ªtidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnyaâ–ª

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penggali Kubur

15 Januari 2018   10:47 Diperbarui: 15 Januari 2018   13:25 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: gizmodo.com

Aku mendengar suara. Seseorang menggali tanah. Mulanya samar-sama, lama-lama memekakkan telinga. Lama-lamanya lagi, kamarku jadi gaduh. Seperti pasar malam, bianglala berputar, ikan-ikan mainan menganga mulutnya minta dipancing, mesin kembang gula bergerak-gerak, komedi putar benyanyi, tapi sepi. Hanya terdengar seseorang menggali tanah.

Tak mengerti. Sungguh tak bisa kumengerti. Berulang kali kukatakan pada diriku sendiri, ini bukan pasar malam. Hanya sebuah kamar berukuran empat kali empat yang diselimuti malam. Tidak ada bianglala, ikan-ikan mainan, kembang gula ataupun komedi putar. Apalagi penggali kubur. Rasa takut memang kerap mengada-ada. Mengadakan yang tidak ada.

Kuputuskan untuk membuka mata. Gelap. Bahkan lebih gelap dari malam itu sendiri. Tak ada batas antara menutup dan membuka mata. Sama saja. Tak terlihat apa-apa.

Aku kembali tidur, lebih tepatnya mencoba tidur. Suara menggali kembali. Kini seperti derap kuda. Semakin dekat. Lagi-lagi aku dihajar rasa takut. Kali ini takut yang setakut-takutnya. Kubuka mata lebar-lebar. Berusaha menangkap gelap dan melemparnya keluar jendela. Tapi di sini tak ada jendela. Tak ada pintu.

Aku seperti melayang-layang dalam lorong waktu. Terperangkap gelap. Terperangkap suara-suara menggali. Terperangkap rasa takut. Terperangkap kenyataan yang sulit dikatakan nyata.

Suara itu mendekat. Aku berlari. Kali ini aku benar-benar terancam. Bisa saja tubuhku yang akan tergali. Entah apa yang dicari.

Sial!

Aku tertangkap. Gelap menawan kakiku. Suara-suara itu mengelilingiku. Aku mencakar-cakar. Merobek suara-suara yang tak pernah kuinginkan.

Aku masih mencakar-cakar, hingga lenyap sudah suara seseorang menggali tanah. Dan aku lelah.

***

Perempuan itu menyelinap dalam gelap. Menggali tanah. Menanam jasad lelaki yang penuh luka cakar pada kedua telinganya hingga merobek urat-urat leher. Kemudian perempuan itu berbaring di atasnya, memejamkan mata dan ia mendengar suara seseorang menggali tanah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun