1. Filsafat Pendidikan sebagai Studi Teoretis
Secara teoretis, filsafat pendidikan adalah cabang filsafat yang mengkaji hakikat pendidikan. Ia bertanya: Apa itu pendidikan? Untuk apa manusia belajar? Nilai apa yang ingin dicapai? Pertanyaan-pertanyaan ini bersifat mendasar dan menjadi fondasi setiap sistem pendidikan.
a. Ontologi pendidikan – mempelajari hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan. Misalnya, apakah anak dipandang sebagai “wadah kosong” yang harus diisi (teori tabula rasa), atau sebagai individu yang aktif membangun pengetahuan (konstruktivisme)?
b. Epistemologi pendidikan – menyelidiki sumber dan cara memperoleh pengetahuan. Dari sinilah lahir perdebatan apakah metode hafalan cukup, ataukah siswa perlu dilatih berpikir kritis dan reflektif.
c. Aksiologi pendidikan – membahas nilai dan tujuan. Pendidikan bukan hanya soal “tahu,” tetapi juga “menjadi.” Apakah pendidikan hendak melahirkan warga negara yang patuh, pekerja yang produktif, atau manusia yang bebas dan bermoral?
Dengan demikian, filsafat pendidikan memberi kerangka konseptual yang membantu kita memahami mengapa suatu kebijakan, metode, atau kurikulum dipilih.
2. Filsafat Pendidikan sebagai Studi Praktis
Namun, filsafat pendidikan tidak berhenti pada tataran ide. Ia harus dihidupkan dalam praktik nyata. Guru, kepala sekolah, dan pembuat kebijakan sejatinya adalah “filsuf praktis” yang sehari-hari membuat keputusan berdasarkan pertimbangan filosofis, meski sering tidak disadari.
a. Dalam kurikulum – Kurikulum Merdeka di Indonesia, misalnya, lahir dari gagasan filosofis bahwa siswa harus dipandang sebagai subjek yang merdeka dan kreatif. Ini berbeda dari kurikulum lama yang lebih kaku dan berorientasi ujian.
b. Dalam metode mengajar – Seorang guru yang memilih metode proyek dibanding ceramah sedang menerapkan filsafat konstruktivisme, yakni keyakinan bahwa siswa belajar lebih bermakna melalui pengalaman langsung.
c. Dalam evaluasi – Perubahan penilaian dari sekadar angka menuju asesmen formatif berbasis portofolio mencerminkan pandangan filosofis bahwa proses belajar lebih penting daripada hasil akhir.