Mohon tunggu...
Desi Fatmawati
Desi Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa

Jarene bapak " gak oleh sombong"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ternyata "Sibling Rivalry" Ada Manfaat yang Besar

26 Oktober 2019   00:44 Diperbarui: 26 Oktober 2019   08:26 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kakak beradik.(Shutterstock)

"Jika di kehidupan ini adalah perihal jumbrek,  maka saudaramu ibaratkan nangka di atasnya" 

Sibling dalam konsep psikologi diartikan sebagai saudara laki-laki dan perempuan yang tinggal bersama dalam satu pengasuhan dengan orang tua yang sama. 

Dalam bersaudara tentunya banyak masalah-masalah yang dialami oleh saudara kandung seperti misalnya kecemburuan sosial.

Sibling rivalry merupakan bentuk persaingan antara saudara kandung, kakak, adik yang terjadi karena merasa takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orangtua.

Mengatasi persaingan atau sibling rivalry antar kakak dan adik antara lain:

  1. Tidak membandingan anak satu dengan yang lainya.
  2. Membiarkan anak menjadi diri sendiri.
  3. Menyukai serta mendukung bakat anak, sehingga anak akan merasa senang karena didukung oleh orangtuanya
  4. Menjadi orangtua harus bersikap adil
  5. Orang tua tidak terlalu ikut campur dalam kegiatan anak, kecuali anak memberikan tanda kekerasan fisik, orangtua baru menindaknya
  6. Jangan memberi tuduhan negatif terhadap anak, sebaiknya orang tua tahu terlebih dahulu akar permasalahanya.

Sibling rivalry tidak bisa dihindari, jangankan anak-anak kita sebagai orang dewasa juga tentu melakukan suatu interaksi yang terjadi antar saudara dan sebetulnya itu akan menjadi sarana latihan.

Kalau saya selalu melihatnya yang namanya punya saudara itu sebetulnya kesempatan dan ujian perkembangan yang luar biasa pentingnya buat anak-anak. 

Jadi modalnya buat anak banyak, misalkan modal dia untuk sosialisasi sama teman-teman yang lain. 

Anak-anak yang mempunyai saudara sudah terbiasa bersaing dan terbiasa punya konflik sama saudaranya, nah itu akan menjadi jauh lebih siap menghapi konflik selanjutnya.

Pada saat dia tidak ada konflik sama temen-temennya, anak-anak yang sudah biasa bernegosiasi dengan kakaknya atau dengan adiknya yang biasa ledek ledekan dan bercanda sudah biasa menyelesaikan masalah dalam keseharianya. 

Dan yang sudah biasa nangis-nangis atau menyelesaikan tekanan emosi itu juga sudah jauh lebih siap untuk berada dalam situasi sosial yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun