Tanggal 9 Juli 2012, akhirnya Menko Bidang Perekonomian mengumumkan akan memberikan bantuan pinjaman kepada IMF sebesar 1 milliar dolar AS. Miris di saat rakyat Indonesia masih butuh banyak bantuan dari pemerintah, mereka justru membantu yang lain. Beberapa saat lalu ketika pemerintah hendak memutuskan untuk menaikkan harga BBM, pemerintah beralasan bahwa APBN defisit. Ketika pemerintah kesulitan membiayai pendidikan tinggi anaknya, pemerintah justru hendak lepas tangan dengan menetapkan UU Perguruan Tinggi.
Dari realitas diatas, tampak nyata kepada siapakah pemerintah berpihak. Alih-alih menyejahterakan rakyatnya, pemerintah justru lebih peduli dengan IMF. Demi status yang disandangnya sebagai anggota G20 pemerintah kita mengorbankan rakyatnya. Inilah potret pemimpin kita yang tidak bekerja untuk rakyat tapi justru tunduk pada kepentingan asing. Lalu, apakah kita masih berharap menjadi Negara besar?
Negara yang besar hanya akan terwujud jika dia memiliki sebuah kemandirian. Negara yang besar tidak akan tunduk pada tekanan-tekanan negara asing. Negara yang besar adalah negara yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Semua itu tidak akan mampu terwujud jika kita masih bertahan pada sistem Kapitalisme saat ini. Sistem yang hanya mementingkan para pemilik Kapital. Untuk mewujudkan Negara yang besar Indonesia memerlukan sebuah pedoman yang Haq, untuk mengatur seluruh rakyatnya. Kepada siapa lagi kita berharap aturan yang Haq, jika tidak kepada Allah SWT. Dzat yang Maha Mengetahui kebutuhan manusia. Dzat yang tidak punya kepentingan apapun atas diri kita. Satu-satunya Dzat yang akan meminta pertanggungjawaban kita kelak di akherat. Dialah Allah SWT. Sehingga sudah saatnya kita tinggalkan system Kapitalisme yang bobrok ini dan kembali kepada sistem Allah SWT. Yakni dengan menerapkan aturan Islam secara menyeluruh di seluruh dunia dengan kepemimpinan Khalilfah yang satu.