Sebelumnya perkenalkan, saya Desi Ratna Sari. Cerita ini berawal dari perubahan yang terjadi di rumah kami setelah ayah mulai sakit. Dulu, rumah kami hangat dan normal, seperti rumah pada umumnya. Tidak ada yang aneh.Â
Perubahan Sejak Ayah Sakit
Segalanya berubah ketika ayah mulai sakit-sakitan. Saudara dan tetangga sering mengeluh saat datang berkunjung, bahkan beberapa merasa takut tinggal sendirian di rumah kami. Rumah yang sebelumnya hangat kini terasa hampa, seolah kehilangan nyawanya sendiri.
Ketika ayah harus dirawat di ICU, kesunyian itu terasa lebih mencekam. Saat itu saya berusia 15 tahun dan hampir setiap hari menjenguk beliau. Rumah sakit yang biasa terasa biasa saja, kini menimbulkan ketegangan dan ketakutan yang nyata. Saat melihat ayah terbaring lemah, firasat kematian datang begitu nyata.
Pertanda yang Pertama
Suatu malam, saya memutuskan pulang lebih cepat dari ICU. Jalanan sepi membuat perjalanan terasa pendek, hampir seperti melayang. Sesampainya di rumah, tubuh ingin beristirahat, tapi dorongan aneh membuat saya mulai membersihkan rumah.
Hingga pukul 01:00, rumah yang berantakan kini rapi. Saat hendak tidur, mata saya tertuju ke kamar ayah---lemari jati yang pintunya terbuka perlahan, sendiri. Anehnya, saya tidak takut. Saya menutup pintu dan kembali ke kamar, lalu tertidur.
Firasat Ibu
Tiba-tiba ponsel berdering, ibu menelepon, "Desi, rumahnya harus segera dibersihkan dan dirapikan." Waktu baru pukul 01:00, saya mengabaikan firasat ibu karena mengantuk.
Satu jam kemudian, pukul 02:00, saudara saya datang tergesa-gesa memberitahukan bahwa ayah baru saja meninggal. Hati saya hancur melihat beliau, yang selalu tampak kuat, kini kaku dan kurus karena penyakit ginjal.