Mohon tunggu...
Indah Dewanti
Indah Dewanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penikmat buku, penggemar film dan serial drama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Totti Sahabat Petani

25 Maret 2021   19:56 Diperbarui: 25 Maret 2021   20:10 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Totti. Aku tinggal di sawah Pak Tani. Pak Tani membuatku dari batang kayu. Bola sepak bekas yang digambari adalah kepalaku. Kaus lusuh Pak Tani yang sudah robek menjadi bajuku. 

Ada tulisan Totti dan angka 10 di kaus itu. Karena itulah aku dipanggil Totti. Kata Pak Tani, Totti adalah legenda pemain bola luar negeri. Pak Tani juga memakaikanku topi jerami. Sama seperti topi yang selalu ia pakai ke sawah. Aku senang memakai kaus dan topi Pak Tani. Aku merasa gagah. Aku juga jadi tidak kepanasan.        

Aku dibuat oleh Pak Tani untuk menjaga padi. Saat musim padi tiba, banyak burung yang datang untuk mencari makan. Kumpulan burung itu suka sekali mencuri bulir padi. Apalagi bulir padi yang masih kecil-kecil. Wah, itu adalah santapan favorit mereka. Jika burung-burung itu datang, Pak Tani jadi sangat sibuk. Mereka harus diusir agar padi tak rusak atau dicuri.

Biasanya, burung datang di pagi dan sore hari. Tak hanya satu atau dua, mereka akan terbang turun beramai-ramai. Tapi tenang saja, sejak ada aku, padi Pak Tani menjadi aman. "Hush, hush. Pergi kalian dari sini." teriakku pada burung-burung yang datang. Wajahku yang pemarah dan badanku yang gagah membuat mereka takut. Burung-burung itu tak akan berani mencuri padi. Mereka kira aku adalah Pak Tani. Ya, aku adalah Totti, sahabat petani.

Tetapi, ada satu hal yang membuatku sedih. Anak Pak Tani tak suka padaku. Namanya Tora, anak lelaki Pak Tani satu-satunya. Terkadang Tora bermain di sawah sepulang sekolah. Ia sangat suka mencari capung dan siput. Aku ingin sekali menjadi sahabat Tora. 

Tapi Tora tidak baik padaku. Jika ia melihatku, ia akan mengejekku. "Hei, kau boneka sawah yang jelek!" ledeknya. Tak jarang ia melempariku dengan batu. Sakit rasanya. "Ih, kau kotor dan berlumpur. Kausmu usang dan robek-robek!." teriaknya sinis. Tora anak yang nakal. Aku tak tahu harus berbuat apa.

Pada suatu hari, tiba-tiba Tora datang mendekatiku. "Kenapa ya Bapak membuat boneka jelek seperti ini. Aku tak suka melihatmu di sini." ejek Tora. Aku hanya bisa diam dan sedih. Aku juga tak bisa berbuat apa ketika Tora mencabut batang kayuku. Dia lalu membuangku ke tepi sawah. Duh, baginya aku boneka sawah tak berguna.

Hari pun berganti. Aku masih tergeletak di tepian. Aku bisa mendengar suara burung-burung dari kejauhan. "Ah, aku tak bisa bangun. Bagaimana ini. Kasihan Pak Tani. Burung-burung akan mencuri padi." Aku hanya bisa pasrah dan berdoa.

Beberapa lama kemudian, kudengar suara Tora berteriak, "Bapak! Ini Pak, Totti kubuang disini!". Lalu kurasakan Pak Tani mengangkat badanku dari tanah. Ia lalu membawaku kembali ke tempatku semula. Kulihat Tora mengikuti di belakang dengan tampang sedih.

"Nah, akhirnya kau kembali pulang Totti. Maafkan si Tora yang nakal ini ya." ujar Pak Tani setelah memasangku dengan kuat ke tanah. "Kau adalah penjaga padi-padi kami. Tora tak akan membuangmu lagi, ya kan nak?" tanya Pak Tani kepada Tora. Tora mengangguk pelan. Kulihat penyesalan di raut wajahnya,

Setelah Pak Tani pergi, Tora mendekatiku lagi. Aku khawatir, tapi bisikannya kemudian membuatku lega. "Maaf ya Totti. Aku tak tahu kau menjaga padi kami" ujarnya pelan. "Tadi aku dan Bapak mengusir banyak burung. Lelah sekali. Kau bisa membantu kami. Kau tidak jelek." Tora lalu memperbaiki topi jeramiku. Ucapannya membuatku senang. "Kau adalah Totti sahabat kami."     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun