Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 381-282

13 Agustus 2018   07:41 Diperbarui: 13 Agustus 2018   08:29 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Aku berjanji pada ibuku tidak bertemu lagi dengannya. Jadi, kalau dia memilih kamu, kuucapkan selamat pada kalian. " Awai menggigit bibirnya, menahan sakit di bibirnya, ia tak ingin memperlihatkan wajahnya yang menahan kepedihan.

"Terima kasih atas kebaikanmu. Setelah putus denganmu, dia mencariku, mengatakan menyukaiku, ingin menikah denganku, karena itulah ia menyuruhku memesan kamar ini. Kami akan menghabiskan malam terakhir di kamar ini. Besok aku berangkat ke Medan. Aku berharap setelah melihat apa yang kami lakukan, kamu tidak berusaha merayunya lagi, " Pensil alis tetap dipegang Ting Ling, tidak digoreskan ke alisnya.

Awai menggenggam kedua tangannya erat-erat. Benarkah apa yang dikatakan Ting Ling ? Benarkah Tiong Lit malam ini ingin menghabiskan malam terakhir bersama Ting Ling di kamar ini ? Ia paham apa yang dilakukan seseorang dengan lawan jenisnya di kamar penginapan. Ia menggigit bibirnya semakin keras. Rasa asin mulai menjalar ke lidahnya.

"Tidak. Aku sudah berjanji pada ibuku. Aku takkan mengingkari janjiku. Kuucapkan selamat padamu. Semoga kalian berbahagia." Ucap Awai kelu.

Ting Ling menoleh ke cermin, menggoreskan pinsil alis ke alisnya. " Terima kasih. Aku akan menunggunya di kamar ini. Tolong bilang ke loket, kalau Tiong It datang, bertanya aku ada di mana, tolong beritahu dia aku sudah menunggunya di kamar 11."  

Awai lega ia bisa keluar segera dari kamar ini. Kamar ini sebentar lagi akan menjadi tonggak sejarah penyatuan Ting Ling dan Tiong It. Ia tak ingin berlama lama di kamar ini. " Baik. Akan kusampaikan ke loket. Apa ada hal lain yang ingin disampaikan ?"
" Tidak. Aku hanya mengharapkan kamu tidak menganggu permainan kami malam ini."

Awai merasa lidahnya semakin asin. Pasti bibirnya tergigit hingga berdarah. Ia keluar dari kamar itu, menyampaikan pesan Ting Ling ke petugas loket. Lalu ia naik ke lantai atas untuk menenangkan diri. Ia terlalu terguncang mendengar omongan Ting Ling. Benarkah malam ini Tiong It akan menghabiskan satu malam bersama Ting Ling di kamar 11? Benarkah Tiong Lit langsung melupakannya begitu ia mengatakan mereka harus berpisah demi rumahnya  yang hampir tergadaikan?

Ia berdiri di langkan atas. Ia melihat Tiong It menaiki sepeda dari arah kanan, berhenti di depan Megaria. Ia melihat Tiong It masuk, bertanya pada penjaga loket apakah melihat seorang gadis bernama So Ting Ling datang ke Megaria. Petugas Loket mengatakan So Ting Ling menunggunya di kamar 11.

Hancur lebur hati Awai. Belum sebulan Tiong It sudah melupakannya. Mengapa tidak bisa berteman saja? Malam ini mereka akan berduaan hingga pagi di kamar 11.

Awai tak ingin dianggap mengganggu, ia turun ke bawah. Saat melewati kamar 11, ia menulikan telinga, enggan menatap ke kanan atau kiri, ia berjalan lurus dengan langkah cepat menuju tempat parkir, mengambil sepeda, dan menggowes seperti orang gila menuju dermaga Sungai Alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun