Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 163-165

7 Juni 2018   06:37 Diperbarui: 7 Juni 2018   07:17 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah dirawat selama sebulan, Tan Suki bisa berjalan dengan menyeret satu kaki atau memakai tongkat. Itu kemajuan yang pesat menurut dokter. Adik-kakaknya datang membayar biaya rumah sakit. Tan Suki diizinkan pulang. Awai mengapit ayahnya duduk dibeca. Yang lain langsung pulang ke rumah masing-masing.

Lim Huina menyambut kepulangan suaminya dengan tatapan sinis. Ia sibuk memasak, tidak memedulikan Awai yang menuntun ayahnya masuk ke kamar. Setelah membaringkan ayahnya, Awai ke dapur untuk membantu ibunya memasak.

Selama memasak Huina diam saja, begitu juga Awai. Setelah memasak Huina langsung masuk ke kamar. Ia memanggil Awai masuk ke kamarnya.

" Pindahkan ayahmu ke kamarmu. Mulai hari ini aku tidur bersama Ani, kamu tidur bersama ayahmu. "

" Tapi, bukankah selama ini papa dan mama tidur sekamar, kenapa papa diminta pindah ?" tanya Awai bingung.

" Jangan banyak tanya ! Cukup patuhi perintahku !" bentak Huina.

Mengkerut nyali Awai mendengar bentakan ibunya. Ia segera memapah ayahnya untuk diajak ke kamarnya. Huina mengikuti mereka.

" Kamu sudah merawatnya selama di rumah sakit. Tak ada salahnya kamu merawatnya hingga mati." Ucap Huina.

" Mama ! " teriak Awai keras. Ia tak menyangka ibunya akan mengeluarkan kata kata yang menyakitkan telinganya. Papanya baru berusia 52 tahun, bagi orang sakit dianggap pantang mengeluarkan kata-kata yang menyangkut kematian. " Papa belum tua, jangan ucapkan kata-kata itu, ma !" Awai memohon, tapi suaranya keras.

" Kalau membangkang, kamu bukan anakku !" Huina mengeluarkan kata-kata itu, lalu berjalan keluar.

Perekonomian keluarga Tan porak-poranda setelah Tan Suki sakit. Akian hanya memberi separo gajinya untuk biaya hidup, Aluan meminta kemurahan hati suaminya membantu orangtuanya, suami Aluan hanya memberi 10 ribu per bulan. Tunangan Asuat juga hanya memberi 10 ribu. Semuanya kalau ditotal hanya sepertiga penghasilan Tan Suki sebelum sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun