Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Beauty and The Beast [68]

11 April 2019   05:31 Diperbarui: 11 April 2019   06:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Mana mungkin korban kerusuhan dibakar hidup hidup hingga gosong masih hidup?  " nada Widia mencemooh.
" Dalam mimpiku aku melihat korban kerusuhan dipaksa masuk ke rumah atau ruko, rumah dibakar. Kalau tidak diikat, andai ada pintu belakang, mereka bisa kabur."
Wajah Widia berubah pucat. Tapi hanya beberapa detik. " Ah... itu hanya khayalanmu akibat terlalu banyak membaca. Aldi, mana mungkin jika mereka masih hidup, tidak keluar selama 14 tahun? " cemooh Widia.
" Kulit yang terbakar pasti menimbulkan bekas luka yang akut, akan terlihat menyeramkan. Mungkin mereka bersembunyi, hanya keluar di malam hari." Aldi teringat pertemuannya dengan Hantu Bercadar  selalu terjadi di malam hari. Ia tak yakin pendapatnya itu, tapi entah kenapa ia ingin sekali berdebat dengan Widia.

" Jadi, kamu berpikir hantu bercadar yang menyebabkan dua kali kamu terluka itu korban kerusuhan yang masih hidup ? Kamu sendiri yang ngomong asal ada tangkal mereka tak berani mendekatimu, tak berani menyentuhmu." Skak Widia. Aldi langsung tak berkutik. " Lagian, apa mungkin manusia berlari di atas genteng, memanjat tembok, melayang lalu menghilang dari hadapanmu ? " tambah Widia.

Semangat Aldi kontan sirna. Ia tahu ia sudah kalah berdebat. Mana mungkin melawan mulut Widia yang piawai membujuk orang untuk membeli rumah yang ditawarkannya jika Widia tidak menguasai ilmu komunikasi?
" Oke, tolong beritahu aku dimana Jonni Tanujaya tinggal?"
" Las Vegas, Amerika." Jawab Widia.

Aldi mengetuk kepalanya. Sadar ia tak mungkin menanyai Jonni tentang keponakannya. Ia tak mungkin ke Amerika Benarkah keponakan Jonni itu si Hantu Bercadar, atau Melli? Yang mana Melli dan yang mana Meilan ?
" Dia menetap di Amrik ?" tanya Aldi.

Widia mengangguk. " Dia telah menjadi warga negara AS, itu sebabnya dia menghendaki rumah itu dijual. Dia trauma kembali ke Indonesia. Bayangkan, seluruh aanggota keluarganya terkorban dalam kerusuhan, hanya dia yang selamat. Andai kamu, apa kamu berniat kembali setelah semua yang terjadi? " tanya Widia.

Aldi tak tahu harus menjawab apa. Ia memegang gelas, menyesap tehnya. Bakminya hanya dimakan separo, namun ia tak berselera lagi memakan sisanya. Ia mengelap mulut dengan tisue.
Widia berdiri, menepuk pundak Aldi halus." Bertahanlah demi 10 juta. Tinggal 5 setengah bulan, kok. Kalau mengalami kesulitan, jangan lupa menelponku ya, Al. "
Aldi mengangguk lemah.

" Aku ada urusan, aku pergi dulu." Widia berlalu sambil singgah ke kasir membayar. Ia melihat Aldi terbengong sangat mendalam. Ia berjalan menuju mobilnya, masuk, dan menelpon seseorang. Setelah tersambung dengan Penjual RSGB, tanpa basa-basi ia langsung ke titik tujuan.
" Aldi curiga salah satu korban, atau bahkan dua korban belum mati. "
" Itu khayalannya. Aku sudah memeriksa seluruh rumah itu, tak ada manusia yang tinggal di rumah itu kecuali hantu. " suara Penjual RSGB sebal. " Tugasmu hanya memastikan dia bertahan. Apa dia mengatakan diganggu lagi ? "

" Tidak. Dia mengatakan akan bertahan."
" Baguslah. Jangan kuatir, aku menyuruh orang mengawasinya. Jika ia berada dalam bahaya, pasti ada yang menolongnya. "
" Oke. Maaf, mengganggu. " Widia menutup hape, dan menjalankan mobilnya.

Pikiran itu bukan timbul mendadak, bukan timbul tanpa gejala. Semakin dipikir ia menemukan semakin banyak keanehan di rumah yang ditinggalinya. Misalnya, jika ia mengedit terlalu malam, ia merasa seakan sedang diawasi seseorang. Ia menatap seluruh dinding kamarnya, tidak menemukan celah atau lubang. 

Ia keluar dan memeriksa seluruh rumahnya, tidak ditemukan sesuatu yang mencurigakan. Benarkah Hantu Bercadar yang mengawasinya ? Kenapa sosok berwajah rusak itu tahu ia takut ke kamar mandi hingga terpaksa kencing di botol ? Sebegitu detilkah hantu itu mengamatinya ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun