Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Beauty and The Beast" [57]

19 Maret 2019   05:47 Diperbarui: 19 Maret 2019   05:58 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Aku cantik ? " Melli menuding wajahnya.
" Cantik donk, muda lagi. Enak buat dipeluk." Slamet mencolek pipi Melli.
" Mau peluk, peluk aja !"
" Benar nih, gak kabur-kaburan lagi ?" tanya Slamet.

" Gak, aku gak kabur, tapi aku takut Mas Slamet yang kabur begitu melihat wajah asliku." Melli tersenyum agak meringis. Taringnya diperlihatkan sedikit, hanya sedikit.
" Gaklah, aku gakkan kabur."
" Janji ya, gak boleh kabur?" suara Melli menuntut.
" Suer muer !" Slamet mengangkat 2 jari, mana mungkin ia kabur disodori gadis cantik yang datang sendiri ke rumahnya untuk minta dipeluk. Tak ada buaya menolak bangkai, kata orang pintar.
" Oke, peluk aku dulu, udah itu tatap wajahku. Awas kalau kabur." Ancam Melli. Seringainya mirip serigala kelaparan.

Slamet kesenangan disuruh memeluk. Ia langsung memeluk, dan ketika ia ingin mencium pipi Melli, ia menjerit ngeri. Pipi itu hangus, berlendir, gosong, hitam, berbau arang, kulitnya pecah-pecah mirip singkong dibakar terlalu lama. Ia ingin melepas pelukan, tapi Melli terus memeluknya. Ia berusaha menjauhkan wajahnya agar tidak jijik. 

Semakin banyak yang terlihat olehnya; rambut Melli yang lepas sedikit demi sedikit hingga mirip sabut kelapa yang dipreteli, kuping yang kelihatan tulang rawannya, dagu yang terlihat tulang rahangnya, hidung yang bolong tulang tengahnya, tangan kulitnya terkelupas yang melepuh disana sini, semakin banyak yang dilihat membuatnya semakin ngeri.

" Siapa... siapa kamu ...!" jerit Slamet.
" Aku korban kerusuhan yang dibakar massa pada tragedi Jakarta 1998. Ayo peluk aku! Katanya mau mengajakku menghangatkan tubuh. Tubuhku sudah gosong, bukan hanya hangat. Ayo peluk yang erat supaya bang Slamet merasakan kehangatan tubuhku saat dibakar massa, " Mata Melli melotot, hampir melompat keluar. Slamet merasakan kengerian yang luar biasa. Ia berharap pingsan tapi tak mau pingsan. 

Dirasakan tubuh yang dipeluknya itu semakin lama semakin panas, semakin panas, hingga ia mirip memeluk kompor, mirip memeluk bara api. Ia menjerit, meronta, berusaha melepaskan diri. Melli tetap mendekapnya. Bagaimanapun kuatnya ia meronta,  tenaganya seakan tak bertenaga untuk melawan dekapan Melli. 

Melli menjulurkan lidahnya, menampakkan giginya yang putih mengkilat, mirip taring drakula. Slamet merasa tubuhnya ikut gosong, panas tak terkira. Matanya melotot, ia muntah sejadi-jadinya, muntahannya langsung mendidih terkena tubuh gadis yang dipeluknya. Bau tak sedap semakin kuat, Slamet meronta semakin kuat. Akhirnya ia kehabisan tenaga dan menggelepar-gelapar ketika dilepas Melli ke lantai.
Melli tertawa melengking. Ia masuk ke rumah Selamet, tak lama kemudian keluar lagi.

Dua sosok bayangan duduk di atas bubungan. Bulan tidak bersinar, mungkin tertutup awan, atau sedang merantau ke balik bumi.  

" Tubuhmu bau manusia. Apa barusan kamu meneror manusia lagi, Mel ?" tanya Meilan.
" Apa kakekku bulan manusia?" tanya  Melli dengan suara nyolot.
" Ini bukan bau kakekmu. Aku  hapal bau kakek Tosan."
" Oh, barusan aku membeli sate, dasar tukang satenya badannya bau. Mungkin berhari hari tidak mandi,  " umpat Melli.

" Kamu memeluk tukang sate ?"
" Maaf, salah peluk, eh, salah orang." Elak Melli. " Kukira dia mirip papaku."  Melli ketawa. Taringnya tidak keluar kalau ia tidak geram.

Meilan terdiam. Ia tak percaya omongan Melli, tapi malas menegur. Mereka sudah bersahabat sejak TK, tak terpisahkan hingga sekarang, malas bertengkar gara gara urusan sepele.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun