Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga

Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pantai Terindah di Perancis dan Fenomena Air Pasangnya

28 November 2018   16:03 Diperbarui: 29 November 2018   02:20 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana suatu sore ketika air laut meninggi (dok.pribadi)

Perancis, negeri yang katanya romantis ini tidak hanya mempunyai Menara Eiffel, monumen bersejarah L'Arc de Triomphe, kawasan perbelanjaan elit Les Champs-Élysées, museum Louvre (Le Musée du Louvre).

Katedral tersohor Notre Dame de Paris, makanan khas Bœuf Bourguignon (masakan tradisional dari wilayah Bourgogne berupa daging sapi yang direbus, dimasak menggunakan minuman anggur merah asli Bourgogne) yang dibanggakan oleh ratu kecantikan Perancis Iris Mittenaere pada saat pemilihan Miss Universe 2016.

Atau mungkin, bintang sepakbolanya si imut Antoine Griezmann yang sudah membawa negeri mode ini menjuarai Piala Dunia di Rusia pada bulan Juli kemarin.

Nah, sekarang lupakan sejenak deh semua itu. Saya akan memperkenalkan sebuah pantai di Perancis yang didapuk menjadi pantai paling indah di negerinya Monsieur Le Président Emmanuel Macron ini.

And the Winner is...

Namanya Pantai Sillon (dilafalkan : siyong, ng-nya agak-agak sengau, jangan lupa). Saya tidak salah jika menjadikan pantai yang terbentang di sebelah barat laut negara yang bersemboyan Liberté, Égalité, Fraternité (Kebebasan, Keadilan, Persaudaraan) ini sebagai pantai favorit saya.

Diri ini memang belum menjelajahi semua pesona alam pantai yang Perancis punyai, padahal saya sudah 8 tahun nyangsang di mari, Hehe. Tapi, pantai yang juga disebut La Grande Plage du Sillon (grande berarti besar atau luas, la plage berarti pantai) ini sudah membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama dan seperti kata band KLA Project, tak bisa ke lain hati alias tertambat. 

Yang lebih ngepas lagi, ternyata penilaian saya sama seperti penilaian turis-turis dari seluruh dunia yang sudah pernah bertandang ke pantai ini. Mereka semua tersepona eh.. terpesona akan suasana dan keindahan yang ditawarkan.

Pantai Sillon dikala musim panas (foto : lespetitsvoyages.fr)
Pantai Sillon dikala musim panas (foto : lespetitsvoyages.fr)
Alhasil, pada bulan Februari 2018 lalu pantai ini meraih penghargaan Travellers' Choice Award 2018 dari situs wisata raksasa TripAdvisor sebagai pantai terindah di Perancis dengan mendulang 1085 review pengguna internet dari seluruh dunia yang 96 persennya menyatakan kepuasan ruar biasa setelah mengunjungi pantai ini. 

Oh Là Là! demikian ucapan orang-orang Perancis jika terkesima sesuatu. Saya rasa penduduk lokalnya pantas berbangga hati kali ini karena tahun sebelumnya si pantai hanya nangkring manyun di posisi ketiga.

Travellers' Choice Award sendiri sudah dicanangkan sejak tahun 2002 dan merupakan penghargaan tertinggi dari TripAdvisor.

Pantai Sillon di musim dingin (foto : france3-regions.francetvinfo.fr)
Pantai Sillon di musim dingin (foto : france3-regions.francetvinfo.fr)
Pantai Sillon dan "Rumahnya"

Pantai Sillon bertengger di kota Saint-Malo atau kerap ditulis St.Malo, sebuah kota pelabuhan di wilayah Bretagne (Brittany). Teluknya, yaitu Teluk St.Malo berhadapan langsung dengan Selat Channel, selat yang memisahkan wilayah seputaran utara Perancis dengan area selatan negara Inggris.

St. Malo merupakan salah satu destinasi wisata yang sudah terkenal di Perancis dan sering dijadikan tempat untuk sekedar menghabiskan weekend atau libur pendek oleh para turis lokal. Kota ini ditempeli oleh hamparan pantai-pantai yang sedap dipandang mata, salah satunya Pantai Sillon yang merupakan tempat utama yang dikunjungi para turis ketika berlibur. 

Area Sillon sendiri merupakan kawasan elit dengan harga properti serta tarif hotel termahal dibanding area lain. Terdapat banyak pula rumah-rumah besar nan mewah di sepanjang jalan pinggiran pantai yang membuat saya tercengang ketika pertama kali melihat dan langsung berkhayal seandainya saya bisa tinggal di situ. Boleh dongngimpi dikit? 

Rumah-rumah tersebut kebanyakan dijadikan hotel dengan tarif sewa per malam bisa mencapai 98 Euro (sekitar 1,6 juta rupiah) dan harganya tentu saja bakal melambung pada saat liburan terlebih ketika musim panas.

Tarif hotel yang segitu memang sepadan dengan lokasinya yang super strategis yaitu akses langsung menuju pantai Sillon. Bukankah itu yang diidam-idamkan setiap turis? Gak perlu pake sepatu roda, sepeda, motor apalagi mobil, cukup pake sendal, jalan beberapa langkah kita langsung bisa gelar tiker lalu berjemur. 

Kalau mau bawa rantang buat piknik yaa siap-siap nanti sesi makannya bakal ditemani burung-burung pantai (pengalaman pribadi hehehe).

Deretan rumah gedong tepat di depan pantai Sillon (dok.pribadi)
Deretan rumah gedong tepat di depan pantai Sillon (dok.pribadi)
Bangun tidur ketika muka masih berantakan kita tinggal buka pintu si pantai sudah menunggu. Bisa juga di sore hari sambil nungguin matahari pulang ke peraduan kita bisa duduk santai menyeruput secangkir teh hangat dari atas balkoni hotel sembari mengagumi pemandangan pantai tanpa terhalang apapun di depan mata. Apalagi jika ditemani seseorang.

Bagaimana jika kita hendak menikmati suasana di sana tapi lagi ogah main-main di atas pasir? ooh, tenang, nggak usah bingung.

Ada seruas jalan di sepanjang pinggiran pantainya (dengan beberapa kursi yang disediakan buat yang pengen duduk-duduk aja) yang bisa kita gunakan untuk sekadar jalan-jalan santai, jogging, membawa jalan-jalan binatang peliharaan (misalnya anjing tercinta), nongkrong-nongkrong bareng geng rumpi, pacaran, duduk meratapi patah hati, atau sebagai tempat melintas bagi mereka yang baru pulang kerja, itung-itung melepas kepenatan.

Suasana suatu sore ketika air laut meninggi (dok.pribadi)
Suasana suatu sore ketika air laut meninggi (dok.pribadi)
Pantai Sillon juga terkenal dengan pemecah ombaknya berupa kayu-kayu dari pohon ek setinggi kira-kira 7 meter yang hingga kini terhitung berjumlah sekitar 3000-an.

Tahun lalu sudah 170 pemecah ombak yang diganti dikarenakan pengaruh garam dan kekuatan ombak yang semakin dahsyat sehingga membuat kayu-kayu tersebut tidak bisa berfungsi maksimal lagi.

Pemecah ombak atau pemecah gelombang adalah prasarana yang dibangun untuk memecahkan ombak dengan menyerap sebagian energi gelombang.

Pemecah gelombang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai dan untuk menenangkan gelombang di pelabuhan sehingga kapal dapat merapat dengan mudah dan cepat (Wikipedia). 

Pemecah ombak di Pantai Sillon (foto : saint-malo.maville.com)
Pemecah ombak di Pantai Sillon (foto : saint-malo.maville.com)
Saya sudah tiga kali menyambangi Pantai Sillon. Tertarik datang ke sini karena merasa dikejar-kejar oleh iklan di televisi dan billboard di jalan-jalan.

Rasa penasaran akhirnya terjawab dengan bantuan mbah Google yang menyodorkan foto-foto aduhai pantai Sillon dan kota St.Malo. Tak perlu lama, saya melesat ke sana pertama kali (meski tidak sekencang motor Honda tunggangan Valentino Rossi di awal tahun 2000-an) pada musim semi April 2017 di mana cuaca sangat cerah meski temperatur masih sekitar 20 derajat Celcius. 

Dengan suhu yang buat saya dibilang dingin kagak dibilang panas juga nggak, saya cukup memakai kaos lengan pendek dibungkus sweater, jeans belel dan sepatu Converse tersayang yang tak kalah butut.

Di bulan itu suasana pantai Sillon tidak terlalu ramai, atmosfernya sungguh menenangkan dengan tiupan angin yang lumayan ringan. Di sepanjang jalan raya pinggiran pantai yang mulus bersih berjejer bangunan apartemen, hotel-hotel, supermarket, hingga beberapa restoran. 

Nah, yang terakhir ini agak ribet. Hampir semua restoran di area Sillon menyajikan masakan western. Kalau di Paris, di mana-mana kita bisa menemukan warung makan Asia.

Di St. Malo saya boleh bersyukur masih ada restoran Thailand meski rasanya yaa... begitu deh... asal saya kenyang lah waktu itu. Hahaha. Dolan-dolan ke sana terakhir adalah musim panas bulan Juli kemarin yang suhunya sudah 30 derajat Celcius alias sudah musim panas dan sedang berlangsung final Piala Dunia. 

Jangan ditanya lagi seberapa ramainya ketika Hugo Lloris dkk berhasil merebut piala itu kembali setelah tahun 1998! Semua orang tumpah ruah memenuhi jalan-jalan, klakson mobil sambung menyambung tak henti-henti hingga luapan kegembiraan yang diwujudkan dengan menceburkan diri ke pantai oleh banyak gerombolan anak muda.

Salah satu kelebihan pantai Sillon menurut saya, dengan pantainya yang menghampar sepanjang 3 kilometer, membuat para pengunjungnya tidak akan tumpang tindih alias berebut tempat ketika liburan tiba terutama saat liburan musim panas ketika ingin berjemur atau sekedar main-main pasir bagi anak-anak.

Pemandangan sore hari ketika air laut mulai naik (dok.pribadi)
Pemandangan sore hari ketika air laut mulai naik (dok.pribadi)
St. Malo berjarak sekitar 417 kilometer dari kota Paris dengan waktu tempuh kurang lebih empat jam jika mengendarai mobil tanpa pause makan dan t***k-bengeknya plus tanpa macet. Pilihan lain bisa dengan menumpang TGV (Train à Grande Vitesse) alias kereta api super kilat namun tidak langsung menuju St. Malo melainkan berhenti di kota Rennes yang merupakan kota terbesar di wilayah Bretagne.

Perjalanan dengan TGV ini memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Barulah dari Rennes kita lanjut lagi menuju St. Malo yang perjalanannya kira-kira satu jam. 

Buat yang ingin menghindari stress nyetir dan demen melihat-lihat pemandangan luar daerah yang diselingi di kiri-kanan dengan hamparan ladang-ladang gandum, jagung, atau peternakan di mana terlihat sapi, kerbau, domba bahkan kuda yang tengah berleha-leha santai di rerumputan.

Alternatifnya lainnya adalah naik bis dengan waktu tempuh sekitar 4 jam 10 menit menuju Rennes lalu menyambung lagi petualangan ke St. Malo dengan waktu kira-kira 1 jam 20 menit.

Jalur perjalanan yang ditempuh dari Paris ke St.Malo (peta : fle-etc.over-blog.com)
Jalur perjalanan yang ditempuh dari Paris ke St.Malo (peta : fle-etc.over-blog.com)
Kota yang luasnya 36,58 km persegi ini juga kerap dijadikan tempat transit datang dan perginya turis-turis asal Inggris. Mereka menggunakan jasa penyebrangan ferry dari pelabuhan St. Malo menuju Portsmouth, Plymouth, Poole dan Weymouth (bolak-balik) yang semuanya berada di selatan negaranya Pangeran William tersebut. Penyebrangan dengan kapal ferry bisa memakan waktu hampir 9 jam.

Jika kita berjalan terus menyusuri pantai Sillon hingga ke ujungnya yang memakan waktu sekitar 15 menit tergantung kekuatan kaki masing-masing, maka kita akan sampai di salah satu tempat yang wajib didatangi para turis. Namanya Intra Muros (walled city).

Salah satu sudut kota St.Malo (dok.pribadi)
Salah satu sudut kota St.Malo (dok.pribadi)
Terminal kapal ferry yang sudah saya singgung di atas terletak tepat di sampingnya. Intra Muros merupakan salah satu distrik yang dipenuhi nilai-nilai historis sekaligus merupakan pusat kota St. Malo yang dikelilingi dinding-dinding tinggi sehingga menyerupai benteng dan memiliki pintu masuk dari berbagai arah. 

Dinding-dinding tersebut terbuat dari batu granit yang dibangun dengan maksud untuk melindungi kota di dalamnya ketika perang di masa lampau.

Para turis bisa mengakses bagian atas Intra Muros dengan menaiki tangga yang ada di tiap-tiap pintu masuk. Kira-kira satu jam adalah waktu yang diperlukan untuk mengitari keseluruhan Intra Muros namun kita bisa berhenti sejenak dikala kedua kaki tidak kompak lagi dengan keinginan lalu dengan bebas memelototi dari atas keindahan kota St.Malo termasuk pantai-pantai dan pelabuhannya. 

Pulau Grand Bé yang dilingkari tinta merah (foto : st-malo.com)
Pulau Grand Bé yang dilingkari tinta merah (foto : st-malo.com)
Di dalam Intra muros sendiri merupakan kota tua yang berciri khas dengan jalan-jalannya yang berbatu, gang-gang kecilnya berpadu rapi dengan bangunan-bangunan tempat tinggal penduduk aslinya yang dibangun dari batu granit yang telah direnovasi setelah dihantam bom ketika jaman perang.

Ada juga beberapa Kathedral yang megah, beberapa musium, berbagai macam restoran, bar, supermarket, hotel, toko-toko suvenir bahkan beberapa butik mode.

Intra Muros terlihat dari awang-awang (foto : photo-aerienne-drone.fr) Pojok kanan atas dengan pantai yang membentang adalah pantai Sillon
Intra Muros terlihat dari awang-awang (foto : photo-aerienne-drone.fr) Pojok kanan atas dengan pantai yang membentang adalah pantai Sillon
Hampir setiap harinya di beberapa sudut jalan kita bisa temui para musisi yang tengah ngamen sehingga membuat suasana lebih hidup diiringi cuitan burung pantai yang bersahutan.

Oh ya, St. Malo juga merupakan kota kelahiran dari seorang penulis Perancis bernama François-René de Chateaubriand yang berperan besar dalam perkembangan sastra Perancis. Ia dimakamkan di sebuah pulau kecil bernama Grand Bé, beberapa ratus meter dari Intra Muros yang bisa diakses dengan berjalan kaki di kala air laut surut.

Tipikal rumah di dalam kota tua Intra Muros (foto : breizh-info.com)
Tipikal rumah di dalam kota tua Intra Muros (foto : breizh-info.com)
Air Pasang Tertinggi se-Eropa

Setelah menikmati keindahan dan keanggunan pantai Sillon di siang hingga sore hari, pantai yang pasirnya kecoklatan ini ternyata bisa juga menjadi rebellious. Ketika air laut mulai naik, maka saat itulah pertunjukan dimulai. 

Bagaikan band heavy metal Megadeth yang tengah mengusung lagu High Speed Dirt sambil kibas-kibas rambut di tengah raungan gitarnya si kriwil Marty Friedman, air pasang di pantai ini seakan tak mau kalah menyuguhkan tontonan alami yang fenomenal dan memang selalu ditunggu oleh para pengunjungnya meski harus hati-hati kalau tidak mau terkena cipratan air laut yang membuat kita menjadi basah, basah, basah seluruh tubuh.. Ah ah aaah menyentuh kalbu.. (kalau bunda Elvy Sukaesih Mandi Madu, kita Mandi Garem)

Pasang surut adalah naik dan turunnya permukaan laut yang disebabkan oleh efek kombinasi dari kekuatan gravitasi yang berasal dari bulan dan matahari serta perputaran bumi (Wikipedia).

Di musim dingin yang terjadi antara bulan Desember hingga Maret yang kadangkala dimeriahkan oleh badai dan angin kencang, air pasang di Pantai Sillon memamerkan attitude yang berbeda. Pada bulan-bulan tersebut koefisien pasang surutnya bisa mencapai angka 115 atau lebih. 

Koefisien pasang surut tersebut menyatakan amplitudo prakiraan pasang surut yang rentangannya dari 20-120 maksimum. Dengan koefisien yang melebihi angka 100 maka fenomena air pasang ini sudah tidak bisa dikatakan biasa-biasa saja.

Lebih mencengangkan lagi, tanggal 21 Maret 2015 lalu koefisiennya meraih angka 119, dengan tidal range (perbedaan vertikal antara ketinggian pasang naik dan pasang surut sesudahnya) yang mencapai 14 meter atau bisa disetarakan dengan tinggi sebuah apartemen empat lantai! Ternyata dengan tidal range yang segahar itu, Teluk St.Malo digadang-gadang sebagai teater pertunjukan air pasang tertinggi se-Eropa. Kalau sedunia di mana,

Der? Hayo, mau pake option 50:50 atau phone a friend? Iih emangnya kuis! Untuk tingkat dunia ada di Teluk Fundy, Kanada dengan tidal range mencapai 16 meter! Berani? Naah, jika anda-anda tertarik, diperkirakan akan ada lagi pertunjukan air pasang di St.Malo yang sama dahsyatnya dengan tanggal 21 Maret 2015 tadi yaitu pada hari Kamis 3 Maret 2033 lalu Selasa 14 Maret 2051. Cateet! Siapa tahu kita bisa nobar nanti.. Jangan lupa bawa kacang rebus.

Video berdurasi 5 menit yang saya comot dari Youtube berikut menunjukkan bagaimana dahsyatnya air pasang di St.Malo dengan koefisien 114 (diambil dari Pantai Sillon).

Akun Youtube : Thomas St. Malo

Buat Anda yang tengah merencanakan wisata ke Prancis mungkin bisa memasukkan kota St.Malo sebagai salah satu daftar destinasi. Pasti tidak akan nyesel.

Bagi saya, kapanpun Anda datang di antara keempat musim yang dipunyai Prancis, di setiap musimnya pasti akan menjadi kenangan tersendiri asal jangan salah kostum, maksudnya bawalah pakaian yang tepat tergantung musimnya. Pasti anda akan menikmati Pantai Sillon dan kota St.Malo secara maksimalll. Alright, beibeh?

Saya kasih contekannya deh jadwal musim di Prancis namun tiap tahunnya bisa berubah tergantung mood:

Musim gugur (23 September-20 Desember 2018)
Musim dingin (21 Desember 2018-19 Maret 2019)
Musim semi (20 Maret-20 Juni 2019)
Musim panas (21 Juni-22 September 2019)
(sumber : icalendrier.fr)

Okee, segitu dulu cerita ini saya curahkan dari dekat jendela kamar di bawah langit musim gugur yang tengah mengusung derasnya November Rain berselimut temperatur lumayan pelit, cukup 6 derajat Celsius saja. Daaah... Au revoir!
(Nungguin tukang mie ayam gak lewat-lewat...)

***
Derby Asmaningrum
Paris, 26 November 2018
Sumber:

  • ouest-france.fr
    francetvinfo.fr
    tourismebretagne.com
    saint-malo-info.fr
    st-malo.com
    rennes.maville.com
    cgaction.fr
    oui.sncf
    flixbus.com
    ladistanceentredeuxville.fr
    tides4fishing.com
    wikipedia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun