Hari-hari di bulan Ramadan terasa cepat berganti. Sebuah keajaiban yang diberikan Allah kepada gadis kecil bernama Aya. Amat jarang seorang anak yang belum genap berusia empat tahun sudah mampu menjalankan ibadah puasa dengan segala keinginannya yang masih tak terbendung. Sepuluh hari pertama terlewati, lima belas hari berikutnya hingga kini telah memasuki hari kedua puluh lima.
"Aku puasa. Aku mau dapet sulga,"celoteh Aya pada teman-temannya sore itu.
"Bohong! Kamu kan masih kecil, aku aja setengah hari puasanya. Huuu ... Aya bohooong"
"Iya. kamu kan sakit, gak bisa lah puasa."
"Puasa!" Kedua tangan Aya mengepal kuat, tapi bibirnya tetap menyunggingkan senyum. Matanya menatap ke segala arah. Dia pun berlari dari kerumunan teman-teman sepermainannya.
Aira memperhatikan anaknya semenjak tadi. Dia ingin Aya tetap dapat bermain dan bergaul dengan teman-temannya yang lain, meski dia tau bahwa anaknya menderita Autis.
"Bundaaa,"panggil Aya yang langsung menghambur dipelukan Aira.
"Bunda, Aya mau masuk sulga." Air mata Aya mengalir deras di pipinya yang putih. Aira tak sanggup menahan emosi dalam hatinya.
"Iya, Sayang. Aya anak hebat, tidak ada yang seperti Aya. Aya bisa masuk surga paliiing tinggi. Jangan nangis ya, Sayang!" Aira memeluknya kembali. Aya semakin terisak di pelukannya.
Ya Allah, sungguh hatiku begitu perih melihatnya. Engkau berikan anugerah yang begitu berharga bagi kami. Jaga dia ya Allah. Tolong lindungi dia. Sungguh aku sangat mencintainya. Lirihnya dalam hati.
"Aya mau hadiah apa dari bunda sama ayah kalau puasanya penuh?"