Cara kerjanya sangat sederhana, deepfake dapat memanipulasi visual seperti wajah, raut muka dan gerakan bibir. Sedangkan deepvoice hanya bisa memanipulasi suara. Biasanya, pelaku spoofing akan menggunakan deepfake untuk memanipulasi visual seseorang dan menambahkan deepvoice agar visual tersebut bisa mempunyai suara dari orang tersebut.
Di Indonesia sendiri sudah banyak kasus pelaku kejahatan spoofing yang memanfaatkan teknologi AI seperti Deepfake dan Deepvoice untuk menipu banyak orang. Bahkan beberapa diantaranya sampai membawa beberapa nama pejabat penting di Indonesia.
Contohnya pada awal tahun 2025 ini. Sebuah video beredar menampilkan sosok presiden bapak Prabowo Subianto yang mengatakan bahwa akan ada bantuan keuangan dari pemerintah yang nilainya mencapai 50 juta untuk masing-masing keluarga.
Dan setelah dilakukan penyelidikan, video tersebut merupakan video bohongan yang dibuat oleh seseorang asal Lampung berinisial AMA.
Dalam video yang dibuatnya, AMA memanipulasi video dari bapak Prabowo agar orang-orang dapat mentransfer sejumlah uang kepada dirinya mulai dari  250 ribu sampai 1 juta rupiah.
Walaupun kemajuan teknologi bisa membantu kita dalam meringankan pekerjaan, namun perlu dipahami juga ada tantangan dibalik itu semua. Teknologi AI yang digadang-gadang sebagai teknologi masa depan, bisa saja menjadi ancaman untuk kedepannya.
Saat ini mungkin spoofing AI menjadi salah satu cyber crime yang sulit untuk dihindari, karena spoofing AI sering kali memanfaatkan figur publik untuk kredibilitas penipuan. Maka dari itu penting bagi kita untuk tidak hanya memanfaatkan suatu teknologi namun juga belajar bagaimana cara menggunakannya dengan benar, memahami, dan juga mewaspadai. Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI