Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang yang Berakal Sehat (1)

1 Juli 2025   07:54 Diperbarui: 1 Juli 2025   08:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari www.unsplash.com

Kata 'al-lubb' berarti akal yang murni-yang bersih dari syahwat dan keraguan,  inti atau esensi sesuatu (https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar//) atau hati yang dalam dan bijak, dalam pengertian rohani dan intelektual. Dalam Al-Qur'an kata ini selalu disebutkan dalam bentuk jamaknya ('albab'), muncul di 10 surat dalam 16 kali kesempatan.

Kitab Gharibul Mufradat Al-Quran susunan Alawi Abdul Qadir As-Saqqaf mengartikan 'Ulul Albab' sebagai ash-habul uqul az-zaakiyyah (pemilik akal yang suci) dan ash-habul uqul as-saalimah (pemilik akal yang bersih dan selamat). Ulul Albab dengan demikian adalah orang yang mempergunakan akalnya dalam batas-batas kesucian, kebersihan dan keselamatan. Dalam ungkapan yang lebih populer, Ulul Albab bisa diartikan sebagai: orang yang berakal sehat.

Tulisan ini akan membahas serba sekilas makna-makna Ulul Albab dalam ayat-ayat Al-Qur'anul Karim. Semoga dengan cara itu kita memperoleh kebulatan pemahaman tentang sosok yang dipuji dalam kitab suci ini.

Artinya: "Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) kehidupan bagimu, wahai Ulul Albab, agar kalian bertakwa." (Q.S. Al-Baqarah: 179)

Pada hukum qishash yaitu hukuman bagi pelaku kejahatan dengan tindakan serupa (misalnya pembunuh dihukum mati, bagi yang melukai dihukum dengan dilukai dengan cara yang sama) terdapat kelangsungan kehidupan. Yakni menurut para ahli tafsir, hal itu akan mencegah tindakan kriminalitas serupa di masa depan karena hukumannya berat, menakutkan dan karenanya menghasilkan efek jera.

Orang lain akan menghindari tindakan membunuh atau melakukan agresi fisik karena balasannya dibunuh atau dilukai. Penerapan qishash yang tampaknya 'keras' itu justeru melestarikan kehidupan. Ini jika orang mau menggunakan akalnya secara objektif dan selamat. Karena bagi yang akalnya tidak selamat bisa jadi mekanisme qishash itu dikatakannya melanggar hak asasi manusia, sadis, primitif dan lain-lain.

Di Surat Al-Baqarah ayat ke-197 Allah Ta'ala berfirman: "Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, wahai Ulul Albab."

Ayat di atas berbicara tentang ibadah haji. Diperlukan bekal yang cukup untuk orang bisa beribadah haji karena ibadah itu adalah ziarah dan perjalanan jauh (pilgrimage) yang bagi banyak kaum muslimin membutuhkan dana yang tidak sedikit, selain kesehatan jasmani dan rohani tentunya. Ayat berbicara tentang ibadah haji tetapi ditutup dengan pesan Allah tentang perjalanan yang lebih jauh  dan lebih hakiki yakni perjalanan menuju negeri keabadian. Kata Allah, bekalnya adalah takwa. Perpindahan konteks pembicaraan dari 'ibadah haji' ke 'perjalanan akhirat'  merupakan segi keindahan retorika Al-Qur`an.

Ayat menjelaskan adanya analogi perjalanan haji dengan perjalanan akhirat yang berat dan melelahkan membutuhkan perbekalan (makanan, pakaian, perlengkapan), kesiapan fisik dan mental. 

Allah menyeru Ulul Albab, orang-orang cerdas yang memfungsikan akalnya secara tepat guna, bahwa perjalanan akhirat itu lebih hakiki, pasti terjadi dan sangat membutuhkan perbekalan berupa kehati-hatian dalam melangkah dan menapaki kehidupan selaku hamba Allah. Takwa bermakna melaksanakan semua perintah Allah, berusaha menjauhi segala larangan Allah, dengan sebanyak-banyaknya perbuatan baik.

Kalau di ayat ini Allah mengaitkan takwa dengan berbekal dalam perjalanan (zaad at-taqwa), di ayat lain Allah mengaitkan syariat berpakaian dengan takwa pula. Allah menyebut libaas at-taqwa (pakaian ketakwaan) sebagai pakaian yang terbaik.

"Wahai Bani Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat." (Q.S. Al-An'am: 26)

Artinya: "Allah menganugrahkan al hikmah kepada siapa yang Ia kehendaki. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, ia benar-benar telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran selain Ulul Albab." (Q.S. Al-Baqarah: 269)

Menurut Syekh Sulaiman Al-Asyqar, al-hikmah berarti ilmu, pemahaman terhadap berbagai hal, pemahaman terhadap al-Qur'an dan as-Sunnah, dan ketepatan dalam berucap. Penjelasan para ulama berkisar pada makna ini.

Orang yang diberi hikmah (wisdom) adalah Ulul Albab. Pemahaman agama juga adalah hikmah. Karena Allah katakan pada ayat di atas 'siapa yang diberi hikmah ia telah diberi kebaikan yang banyak' sedangkan dalam hadis yang masyhur dikatakan: "Siapa yang Allah kehendaki kebaikan ia pahamkan orang itu akan agama."

Pemahaman kebalikannya: yang tidak dikehendaki Allah kebaikan tidak akan memahami agama. Ada beberapa kemungkinan: ia lalai terhadap agama, malas belajar, atau bahkan salah paham terhadap agama, benci agama.

Mungkin pengalaman traumatis saat belajar agama (misalnya bertemu oknum-oknum yang mengatasnamakan agama) menumbuhkan antipatinya terhadap agama. Sehingga, opininya terhadap Islam selalu miring, berat sebelah dan parsial. Ia selalu melihat sisi kontroversial Islam tanpa mendudukkan segala sesuatunya secara proporsional. Melihat hukum qishash sebagai primitif dan tidak manusiawi. Melihat ibadah haji sebagai kesia-siaan dan pemborosan. Melihat ritual itu sebagai kekonyolan dan tidak masuk di akal. Ia menggunakan rasionalitasnya secara keliru: menjadikan akal sebagai satu-satunya alat timbang seraya menolak dan menafikan wahyu. Dia tidak percaya wahyu dan Tuhan. Meledek tuhan dan menyamakannya dengan hantu. Lebih percaya pada cairan benak yang ada di batok kepalanya. Padahal atas dirinya sendiri saja ia tidak berkuasa. Ia semakin gaek. Latar depannya adalah kematian. Namun, perjalanan pasca kematian saja dia tidak percaya, sehingga dia tidak berbekal dan asik melakukan hal-hal kosong yang ia kira sebagai 'karya'.

Wallahu a'lam bis shawab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun