Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lelaki dari Ujung Kota

15 Februari 2023   11:54 Diperbarui: 28 Maret 2023   11:10 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pexels.com

Yang disebut 'lelaki dari ujung kota' dalam Surat Yasin ayat ke-20 sampai dengan 25 ini adalah seseorang yang bernama Habib. Seorang jelata yang berprofesi sebagai tukang kayu. Ada yang mengatakan bahwa profesinya adalah tukang sepatu.  Dia suka bersedekah dengan separuh dari penghasilannya, demikian tersebut dalam Tafsir Ibnu Katsir.

Penggambaran Al-Qur`an tentang lelaki dari ujung kota (aqshal madinah) menguatkan karakterisasi Habib sebagai orang lemah namun memiliki keimanan yang kuat. Karena, biasanya orang-orang dari kelas ekonomi lemah cenderung bermukim di pinggiran kota, sedangkan kelas sosial yang kaya dan berkuasa umumnya tinggal di tengah kota. Merupakan sunnatullah bahwa dakwah para rasul seringkali disambut pertama kali oleh orang-orang yang dipandang rendah secara sosial, orang-orang fakir, atau bekas budak.

Yang menarik dalam surat ini ialah Habib dinisbatkan kepada 'madinah' (kota) sedangkan kaumnya dinisbatkan kepada 'qaryah' yang bisa berarti 'kampung' atau 'kota kecil'. Seakan Al-Qur`an mengisyaratkan jurang keadaban antara kedua pihak: yang pertama pada budaya 'urban' dan yang kedua budaya 'rural'.

Pada ayat ke-13 sampai dengan 19 surat yang sama, dikisahkan bahwa Allah mengutus kepada Ashabul Qaryah (penduduk 'qaryah,' 'qaryah' di sini bisa bermakna kampung atau kota kecil) tiga orang rasul. Dua rasul pertama  mereka dustakan, kemudian Allah utus rasul yang ketiga untuk menguatkan dua utusan sebelumnya. Akan tetapi penduduk 'qaryah' itu  tidak mau beriman kepada mereka sama sekali.

Alasan mereka ialah karena para utusan Allah itu juga manusia biasa. Ar-Rahman tidak menurunkan apa pun dan kalian ini hanya berdusta, demikian ujar mereka. Para utusan Allah menjawab, 'Rabb kami mengetahui bahwa kami adalah utusan-Nya kepada kalian, dan tugas kami hanyalah menyampaikan pesan Allah dengan seterang-terangnya.'

Penduduk qaryah itu membantah dengan mengatakan, "Sesungguhnya kami ditimpa nasib sial lantaran kehadiran dan ajaran kalian, jika kalian tidak mau berhenti pasti kami rajam kalian dan kami siksa dengan siksaan yang pedih."

Jurus kaum yang ingkar kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya bukanlah hujjah dan argumentasi yang kuat, melainkan gertakan, ancaman, dan tindakan fisik yang semuanya mengarah pada kezaliman dan penganiayaan, bahkan pembunuhan.

Mereka (utusan-utusan) itu berkata, "Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas."

Justeru karena diberi peringatan, diajari dan didakwahi seharusnya mereka bersyukur. Jika Allah menghendaki tentu langsung Dia turunkan azab, saat mereka mendustakan dua orang utusan yang pertama. Akan tetapi mereka diberi tangguh. Sampai datang utusan yang ketiga, masih juga mereka menolak dan mendustakan.

Di saat yang genting itulah datang seorang lelaki dari ujung kota dengan bergegas-gegas: seorang fakir yang menyeru dan menguatkan kebenaran ajaran para rasul tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun