Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jika Si Kaya dan Si Miskin Naik Kereta yang Sama

5 Januari 2023   14:37 Diperbarui: 6 Januari 2023   11:00 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KRL CommuterLine (sumber: Kompas.com)

Mungkin saja ada gerbong khusus bagi Si Kaya di mana Si Miskin tidak boleh menginjakkan kakinya di sana. 

Kalaupun mereka terpaksa masuk di satu gerbong yang sama, mungkin saja Si Kaya akan mendapat prioritas tempat duduk meski dia tidak masuk dalam data penumpang peioritas pada umumnya (ibu hamil, disabilitas, lansia, dll).

Bagaimana dengan Si Miskin? Mungkin Si Miskin akan mendapat perlakuan berbeda. Mungkin saja dia harus antre 2-3 jam hanya demi memasuki peron kereta. Mungkin saja dia masih harus menunggu lama karena petugas akan memprioritaskan kereta untuk kaum berada.

Mungkin saja dia tidak diperbolehkan naik gerbong tertentu, dan mungkin saja juga tidak akan pernah merasakan empuknya kursi di KRL. Begitupun saat turun dari kereta, mereka akan masuk dalam skala prioritas terakhir.

Penumpang KRL (sumber: Kompas.com)
Penumpang KRL (sumber: Kompas.com)

Cerita di atas mungkin hanyalah pengandaian jika memang pemerintah kekeuh mempertahankan tarif kereta bagi Si Kaya dan Si Miskin. Yang jelas, baru berupa ide atau usul saja kebijakan ini sudah menimbulkan banyak polemik, pro dan kontra.

Bagaimana realisasinya nanti di lapangan? Bagaimana kita tahu apakah dia dari kelangan berada atau pas-pasan? Bagaimana kita tahu apakah skema subsidi silang ini tepat sasaran atau tidak?

Bagaimana jika nanti ada yang berpura-pura miskin demi mendapat subsidi atau harga murah? Jawabannya akan kita tahu jika Kemenhub dan PT. KAI sudah ketok palu.

Bagi saya pribadi, daripada menerapkan skema subsidi silang karena pemerintah sudah tak mampu mensubsidi dan terbebani dengan operasional KRL, lebih baik pukul rata saja kenaikan tarifnya.

Membedakan tarif untuk Si Kaya dan Si Miskin sama saja dengan menciderai nilai dari sila ke-5 Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Apa lagi, perbedaan tarif sama saja dengan mendiskriminasi rakyat. Dan apakah perubahan tarif ini akan membuat Si Kaya tetap menggunakan KRL untuk aktivitasnya atau tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun