"Semakin meningkat. Selama tujuh bulan saya jadi Kepala BNN, hampir semua barang-barang yang saya tangkap (terakhir 35 kilogram) itu pesanan dari dalam lapas. Ini yang sangat memprihatinkan kita," ujar Heru menyoal pemesanan narkoba dari lapas mendominasi kasus-kasus yang saat ini ditangani BNN.
Menurut Heru, sejauh ini pihaknya sudah menggagalkan kurang lebih 24 transaksi maupun jaringan-jaringan yang kebanyakan berkaitan dengan lapas. Ke depannya, BNN dan Lapas akan bersama-sama membangun sistem, seperti masuk-keluarnya barang harus dikontrol dengan IT dan CCTV secara optimal.
"Saya berharap bahwa ada keterbukaan di lapas dan bersama-sama membangun lapas yang bersih dari narkoba, sistemnya kita perbaiki. Lapas ini milik kita bersama. Saya harap ke depan tidak ada lagi peredaran narkoba di dalam lapas," ungkapnya.
Sri juga mengakui masih adanya peredaran narkoba di dalam lapas karena ketidaktegasan petugas. Salah satunya dalam menerapkan larangan telepon genggam yang padahal sudah tegas melarang napi menggunakan handphone.
"Kejadian ini ada peran kami juga membiarkan ponsel masuk ke dalam. Inilah alat yang paling potensial menyebabkan adanya komunikasi dengan pihak luar," ungkapnya.
Sri menyatakan pihaknya sudah menegaskan seluruh jajaran untuk melarang alat komunikasi ke dalam lingkungan lapas.
"Kita melarang membawa ponsel ataupun meminjamkan ke dalam lapas. Di 522 lapas atau rutan ada box menyimpan HP, baik yang dibawa petugas dan tamu. Namun konsistensi penerapan ini harus diperbaiki di setiap jajaran. Dimulai dari kepala lapas jangan membawa ponsel ke dalam," sambungnya.
"Kita dorong P4GN bersama-sama. Tidak bisa sendiri. Kami terbuka untuk ini. Kita harus jalin hubungan yang baik dengan BNN, BNNP, BNNK. Karena apa? Karena banyak informasi yang tidak bisa kita kuasai dengan baik," jelas Sri