Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kampoeng Tempo Doeloe, Cara "Lezat" Menghabiskan Akhir Pekan

29 April 2018   21:08 Diperbarui: 2 Mei 2018   18:55 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waktunya Kulineran (sumber: Dokumentasi Pribadi)

Ingin menghabiskan akhir pekan di sekitaran ibu kota? Atau sekedar melepas penat sambil mencicipi kuliner dan jajanan yang memanjakan lidah? Ke Kampoeng Tempo Doeloe (KTD) saja. Acara yang menjadi bagian dari Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) ini hadir di La Piazza, Summarecon Kelapa Gading dari tanggal 5 April - 6 Mei 2018.

Pada Minggu (29/4) ini, saya berkesempatan untuk mencicipi beberapa kuliner penggoyang lidah di KTD bersama Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) dalam acara KPK Gerebek ke-31. Dengan puluhan booth dan belasan gerobak yang menjajakan beragam kuliner, tentu ini menjadi cara yang "lezat" untuk menghabiskan akhir pekan. Mulai dari makanan berat, cemilan ringan sampai minuman pelepas dahaga semua bisa kita temukan disini.

So, bagaimana cara "lezat" saya dalam menghabiskan akhir pekan? Berikut ceritanya.

Awali dengan cemilan ringan

It started with fried cempedak. Entah mengapa saya teringat kala wiskulan di daerah Glodok dan mencicipi cempedak gorengnya yang renyah dan lezat. Di KTD ada salah satu booth yang menjual kudapan ini. Namanya Cempedak Harum & Colenak.

Cempedak goreng (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Cempedak goreng (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sebenarnya dia juga menjual makanan lain selain cempedak, namun aroma dan tampilan cempedak goreng jauh lebih menggoda. Dengan tambahan saus gula merah cair kian melengkapi kesempurnaan dan citarasa dari cempedak goreng. Rasa garing dan manis melebur jadi satu. Cocok untuk menjadi pembuka sebelum menikmati makanan berat. Anyway satu cempedak goreng dapat ditebus dengan mahar Rp 10.000.

Pedasnya ayam geprek

"Cabenya mau berapa, pedas atau sedang?"

"Pedas banget!"

"Cabe 10 masuk?"

"Boleh"

Nasi + ayam geprek (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Nasi + ayam geprek (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Begitulah percakapan saya dengan mas-mas pelayan di booth Ayam Geprek Mas Eko. Saya memesan paket ayam geprek yang hanya terdiri dari nasi dan ayam geprek (dengan tambahan mentimun). Memang saya mencari makanan yang biasa-biasa saja karena beberapa waktu lalu sudah mencicipi kuliner-kuliner otentik di KTD.

Meski hanya terdiri dari nasi dan ayam, namun pedasnya sangat memporakporandakan hati, perasaan dan juga perut. Otomatis cuaca yang panas jadi bertambah panas berkat ulekan cabe yang menyelimuti ayam. Meski bercucuran keringat dan membuat bibir merah, setidaknya paket hemat sebesar Rp 19.000 ini cukup untuk membungkam cacing-cacing di perut.

Ademkan dengan es podeng

Segelas es podeng (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Segelas es podeng (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Setelah huh-hah-huh-hah, saya akhirnya mencari minuman yang bukan hanya untuk mengademkan mulut setelah bertarung dengan ayam geprek tetapi juga mengademkan badan. Terik matahari benar-benar membuat sekujur tubuh berkeringat. Es Podeng Gareng (Blok S) akhirnya menjadi pilihan.

Awalnya saya ingin memesan es podeng nangka, namun kata si abang nangkanya habis. Jadilah saya hanya meminum es podeng biasa yang sangat membantu mengademkan suasana dan juga hati ini. Segelas es podeng dengan rasa original bisa kita nikmati dengan membayar sebesar Rp 15.000. Lumayan untuk mencari yang manis-manis dan dingin-dingin empuk di mulut.

Icip-icip makanan tetangga

Bersama rekan-rekan lain, kami juga sempat hunting foto dan juga makanan. Salah satu makanan tetangga yang saya cicipi adalah tempe mendoan milik Mbak Dewi Puspa. Hanya tempe goreng biasa yang dibalur oleh tepung, bedanya adalah tambahan sambel kecap yang membuat rasa kian endeuss.

Tempe mendoan (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Tempe mendoan (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Soto (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Soto (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Teman-teman lain ada yang menikmati beragam jenis soto yang menjadi "senjata utama" Kampoeng Tempo Doeloe. JFFF kali ini memang sengaja mengangkat tema Soto Nusantara yang sekaligus mendukung program Bekraf untuk mempromosikan Soto "A Spoonful of Indonesian Warmth" ke dunia. Jangan lupa, soto kini juga menjadi kuliner nasional dan beberapa di antaranya bisa kita nikmati di KTD.

Ada 10 jenis soto yang dikurasi dari beberapa wilayah Indonesia. Soto-soto tersebut antara lain:

  1. Coto Makassar H. Daeng Tayang
  2. Pallubasa Onta Makassar
  3. Soto Betawi H. Mamat
  4. Soto Kadipiro Yogyakarta
  5. Soto Kesawan Medan
  6. Soto Madura H. Ngatidjo
  7. Soto Padang H. Sutan Mangkuto
  8. Soto Jakarta Pak H. Yus
  9. Soto Trisakti Solo
  10. Tauto Bumbu Pekalongan

Tauto + sega megana (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Tauto + sega megana (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Coto Makassar (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Coto Makassar (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ronde kedua, Laksawan!

Setelah menghabiskan es podeng dan nyomot tempe mendoan, saya sempat rehat sejenak dan membiarkan organ pencernaan bekerja. Saya menghabiskan waktu untuk bercengkerama dan bertukar pikiran dengan kawan-kawan KPK. Beberapa ada yang ijin pamit lebih dulu.

Saya pun akhirnya melanjutkan pertarungan dalam perut dengan memesan laksawan. Bagi yang belum tahu, laksawan adalah nama lain dari bihun kari. Dan di KTD kita bisa menemukannya di booth Bihun Kari Ny. Tan. Dengan banderol sebesar Rp 35.000 saya mendapatkan semangkuk laksawan berisi bihun, kentang, tahu, potongan ayam dan telur.

Bihun kari (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bihun kari (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sayangnya rasa santannya terlalu kuat sehingga saya tidak bisa menikmati kelezatan laksawan yang biasa saya cicipi. Namun tetap saja semangkuk bihun kari tersebut sukses masuk ke dalam perut. Setidaknya sudah mengobati sedikit rasa rindu saya pada laksawan karena sudah lama tidak mencicipi kuliner perpaduan China, India dan Melayu ini.

Mengakhiri petualangan dengan makanan favorit

Yes! I'm a noodle lover. Bakmi adalah salah satu makanan favorit saya. Sebenarnya ada banyak pilihan bakmi di KTD. Namun mata saya tertuju pada gerobak Mie Ayam Dalban Kelapa Gading. Selain membawa gerobak bakmi yang khas itu, saya juga bisa mencicipi bakmi gerobak yang biasa disantap sehari-hari.

Bakmi ayam (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bakmi ayam (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Dengan membayar Rp 20.000 saya mendapatkan semangkuk bakmi ayam dan sepotong ceker berkat kemurahan hati si abang tukang bakmi. Dengan meminta kuah ayam dan sambal, rasa bakmi khas Jawa benar-benar meresap di lidah. Bakmi Ayam ini pun akhirnya menjadi penutup akan petualangan kuliner saya di Kampoeng Tempo Doeloe minggu ini.

Akhirnya selesai sudah wisata kuliner di KTD bersama teman-teman dari KPK. Semoga tahun depan saya masih diberi umur, rezeki dan kesempatan untuk kembali menikmati beragam kuliner khas dan lezat disini. Tentunya dengan tema dan varian menu yang lebih menarik, up to date, serta menggugah selera.

img-20180429-wa0031-1-5ae5d7cdcbe5236d77547c42.jpg
img-20180429-wa0031-1-5ae5d7cdcbe5236d77547c42.jpg
So, bagi Anda yang ingin menghabiskan akhir pekan dengan lezat dan menyenangkan, segeralah berkunjung di Kampoeng Tempo Doeloe. Beragam kuliner disana bisa menjadi pilihan untuk quality time bersama keluarga, sahabat, rekan-rekan dan orang terkasih. Jangan sampai terlewatkan karena event ini hanya berlangsung sampai Minggu (6/5) besok. Karena hanya di KTD kita bisa menikmati beragam jenis soto khas nusantara dan menikmati akhir pekan dengan lezat.

Salam kenyang!

KPK (sumber: Dokumentasi Pribadi)
KPK (sumber: Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun