Dalam perjalanannya, Keroncong Tugu yang disukai oleh kompeni sempat dilarang oleh pemerintah Jepang karena musik keroncong dianggap menjadi pelecut jiwa patriotis dan membuat semua orang berdansa dan bergembira. Meski tergerus oleh musik rock yang booming di tahun 1970-an, musik Keroncong akhirnya dihidupkan kembali atas instruksi Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, untuk melestarikan kebudayaan kampung tugu.
Musik keroncong sendiri biasanya terdiri dari grup yang memainkan beragam alat musik seperti macina, prounga, jitera, selo, gitar, biola, rebana dan flute. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu berbahasa Portugis dan juga Indonesia. Dalam setiap penampilan, Keroncong Tugu tampil mengenakan pakaian khas Betawi meski kadang mereka mengenakan pakaian formal seperti baju koko, topi, syal dan rompi.
Sejak 1991, Keroncong Tugu sudah berubah nama menjadi Cafrinho yang artinya beramai-ramai. Namun imej sebagai grup musik keroncong tugu sulit dihilangkan sehingga masyarakat masih lebih akrab dan tetap menyebutnya sebagai Keroncong Tugu. Kini, grup musik tersebut bukan hanya tampil pada pentas kebudayaan saja, mereka sudah melanglang buana dan mengenalkan musik keroncong tugu ke seluruh dunia.
Ragam kuliner khas Tugu.
Masyarakat keturunan Portugis di tugu telah mewariskan banyak budaya, salah satunya di bidang kuliner. Perpaduan Eropa dan Melayu turut memperkaya khasanah kuliner yang hanya ditemukan di kampung tugu.
- Pisang udang, atau biasa disebut kue pisang udang. Mirip dengan kue nagasari, bedanya adalah isian yang berupa potongan pepaya muda, cacahan udang dan bawang goreng. Tidak ada pisang karena sebenarnya penganan ini hanya dibungkus dengan daun pisang dan dibentuk segitiga. Rasanya manis dan gurih, cocok sebagai teman ngopi.
- Ketan unti. Biasanya disajikan dalam nuansa kedukaan atau ketika ada yang meninggal sebagai cemilan untuk para pelayat. Ketan ditaburi oleh parutan kelapa yang telah dicampur gula merah cair sehingga bercitarasa manis.
- Apem kinca. Saus kinca dibuat dari gula merah lalu disiram ke atas kue apem. Sering disantap saat santai sebagai cemilan.
- Portuguese egg tart. Sejatinya kue yang satu ini bukan berasal dari tugu. Namun nuansa portugis yang kental dan biasa ditemukan di daerah bekas koloni Portugis, egg tart "lokal" ini dibawa sebagai salah satu cemilan wajib jika berkunjung ke kampung tugu.
- Gado-gado siram. Beralih ke makanan utama, ada gado-gado siram yang bumbu kacangnya tidak diulek, melainkan dimasak lengkap dengan bumbu-bumbu lain seperti bawang dan cuka. Bumbu kacang kemudian disiram ke atas sayuran dan sehingga dinamakan gado-gado siram.
- Pindang serani. Masih menggunakan ikan bandeng sebagai bahan utama, namun bumbu-bumbu seperti asam, jahe, kunyit, serai, bawang dan cabe dibakar terlebih dahulu kemudian baru dimasak. Warna kuah pindang cenderung hitam pekat dengan rasa dan aroma yang khas. Kata serani sendiri berasal dari kaum Nasrani yang memasak pindang ini di Tugu.
Jakarta, tempat bermukimnya masyarakat heterogen. Di tengah modernisasi dan industrialisasi masih ada sejumput sejarah dan budaya yang wajib kita lestarikan. Kampung tugu menjadi salah satu bukti bahwa ibu kota masih memiliki sejarah yang hampir terlupakan. Berwisata ke Kampung Tugu memberikan suatu pandangan dan pengalaman baru dengan kebudayaannya yang unik.
Semoga kedepannya, masyarakat lebih perduli dengan lingkungan sekitar, terutama di pinggiran ibu kota yang semakin tergerus zaman. Biarlah Kampung Tugu masih tetap abadi dengan tradisi dan kebudayaannya yang semakin memperkaya ragam kebudayaan Indonesia.
N.B: Ingin tahu "behind the story" dari tur Kampung Tugu? Silakan dibaca "Eksotisme Kampung Portugis"