Mohon tunggu...
Denny Ardian Priambodo
Denny Ardian Priambodo Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Analis Perkara Peradilan / Cakim 2021

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tempayan Retak

15 Oktober 2014   23:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:52 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada seorang tukang air yang mempunyai dua buah tempayan dipikul dibahunya dengan menyilang. Suatu hari tempayan yang satu retak karena terkena batu saat mengambil air dan tempayan yang satu lagi masih utuh. Karena retak tadi tempayan yang satu tidak bisa membawa air penuh hingga ke tempat majikan si tukang air. Air yang ditampung itu bocor sepanjang jalan karena retakan itu sedangkan tempayan yang masih utuh bisa membawa air penuh ke tempat sang majikan. Kejadian itu terus berlangsung selama dua 2 tahun dan sang tukang air terus menggunakan tempayan yang rusak itu tidak ada niat sang tukang untuk mengganti tempayan itu.

Setelah dua tahun berlalu sang tempayan yang retak itu malu pada dirinya karena tidak bisa menampung air hingga penuh. Lalu tempayan itu meminta maaf pada si tukang "maafkan aku karena aku tidak bisa membuat dirimu senang" sang tukang kayu dengan heran bertanya pada tempayan "mengapa? apa yang membuat kamu meminta maaf padaku?" tanya si tukang kayu. Kemudian dengan sedih tempayan itu berkata "aku tidak bisa menampung air penuh untuk kau bawa ke rumah majikanmu, air yang kutampung selalu tumpah ditengah jalan aku merasa malu pada diriku" tempayan itu berkata dengan sangat sedih. Merasa kasihan pada tempayan si tukang kayu berkata "besok saat aku membawa air lihatlah apa yang ada di sepanjang jalan".

Keesokan harinya si tukang kayu beranjak pergi mengambil air. Sepanjang jalan tempayan itu memperhatikan jalan seperti yang diperintahkan si tukang air. Disepanjang jalan yang dilewati terdapat banyak bunga yang indah. Melihat taman itu tempayan merasa terhibur hatinya, sesampainya di tempat majikan tempayan itu merasa sedih lagi dan malu. Karena merasa malu dia kemudian meminta maaf kembali pada si tukang air "maafkan aku bahkan sampai saat ini aku masih tidak bisa menampung air hingga penuh" kemudian tukang air berkata "untuk apa kau meminta maaf padaku, apakah kau tidak melihat bunga yang indah sepanjang jalan tadi ?" tanyanya "sepanjang jalan tadi bungan yang tumbuh itu adalah karena dirimu yang menyiraminya setiap hari hingga menjadi taman yang indah itu, dan itu membuat majikanku senang karena jalannya di penuhi oleh taman bunga yang indah" lanjutnya.

"Terkadang sesuatu hal yang kita lakukan itu seperti tak berguna di mata orang lain, namun itu semua belum tentu karena bisa saja apa yang kita lakukan bisa berguna walaupun hanya hal kecil sekalipun".

Sumber : Tugas kuliah Bahasa indonesia


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun