Mohon tunggu...
Laurensius Mahardika
Laurensius Mahardika Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Psychology

Penulis karbitan yang menyukai teknologi, musik dan sepakbola. Email: dennysantos038@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Coping Stress", Definisi dan Berbagai Pertanyaan Terkaitnya

13 Oktober 2018   19:00 Diperbarui: 13 Oktober 2018   19:10 4408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: leecounselingservices.net

Ada. Folkman dan Lazarus hanyalah salah satunya, walaupun dia yang pertama mencetuskan. Contohnya seperti Aldwin dan Revenson (1987) yang memberi aspek penengah dari kedua jenis coping tersebut. Carver dan Scheier (1989) juga merubah dan menjabarkan kembali aspek yang dimiliki Folkman & Lazarus dan bahkan menghubungkannya dengan situsasi dan kondisi yang berbeda. Shinn, dkk. (1984) pun juga memiliki pendapat yang berbeda jika situasi tersebut berhubungan dengan pekerjaan jaksa. Pareek (dalam Indirawati, 2006) bahkan mengungkapkan ada 8 jenis coping yang dimiliki individu.

Saya tidak bisa menyebutkan semua aspeknya karena nanti terlalu banyak hal yang harus dibahas. Lagi, coping sendiri memang perlu dikembangkan lebih lanjut lagi. Fenomena dan situasi tertentu bisa saja memunculkan jenis coping yang tertentu pula. Maka dari itu, perlu ada penelitian dengan kondisi lain dan mungkin saja spesifik agar dapat mengembangkan variabel ini.

Apakah orang dapat memiliki dua jenis atau lebih coping dalam satu waktu?

Pertanyaan ini cukup sulit untuk saya pribadi dan membuat saya harus mencari literatur lebih banyak lagi. Hasil pencarian saya sementara bahwa sebenarnya bisa individu memiliki dua coping sekaligus. Hal ini diungkapkan sendiri oleh Folkman dan Lazarus yang mengatakan bahwa problem-focused coping dan emotional-focused coping sebenarnya dapat berkaitan satu sama lain.

Contohnya, seorang wanita yang memiliki masalah dengan pacarnya memilih curhat dengan temannya agar dia dapat mengungkapkan perasaannya sehingga lebih tenang (emotional-focused coping). Setelah dia tenang, dia dapat meminta pendapat temannya bagaimana caranya agar masalah dengan pacarnya selesai (problem-focused coping). Ini hanyalah salah satunya karena saya hanya merujuk dari satu pandangan. Mungkin saja teman-teman memiliki sumber lain yang menyatakan sebaliknya. Namun dari jawaban sementara tersebut, munculah pertanyaan lagi:

Jika memang bisa memiliki dua atau lebih jenis coping, apakah ada yang lebih dominan digunakan atau malah seimbang?


Jawaban saya: Bisa iya, bisa juga tidak. Jika kita merujuk pada jawaban dari pernyataan sebelumnya, kedua jenis coping tersebut saling berkaitan. Dari contoh sebelumnya bisa dikatakan wanita tersebut menggunakan kedua coping secara bersamaan. Bisa disimpulkan bahwa tidak ada yang dominan disini, semua digunakan. Lah, bisa gak kalau wanita itu sebenarnya curhatnya lebih banyak daripada minta solusi? Saya coba jawab lagi-lagi sebisa saya merujuk penelitian yang dipaparkan dalam buku Passer (2009) terkait efektivitas coping stress:

Holahan dan Moss (1990) melakukan studi tentang pola coping pada orang dewasa di California selama satu tahun. Dalam hasil penelitianya, sebenarnya pola coping yang digunakan beragam. Namun yang lebih dominan adalah problem-focused coping. Hal ini kontras dengan penelitian Snyder (2001) dimana dia menemukan bahwa anak-anak lebih menggunakan emotional-focused coping lebih dominan dipakai.

Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa seiring bertambahnya usia juga mempengaruhi jenis coping yang digunakan. Semakin kita dewasa kita akan berpikir lebih logis sehingga dapat menyelesaikanS masalahnya langsung ke sumber masalahnya. Catatannya adalah, kedua penelitan tersebut memiliki jawaban yang beragam. Hal tersebut juga memungkinkan bahwa sebenarnya anak-anak dapat pula menggunakan problem-focused copingnya. Pula sebaliknya orang dewasa pada situasi tertentu dapat menggunakan emotional-focused copingnya lebih dominan.

Coping Stress apa yang paling baik digunakan?

Kebanyakan orang pasti berpikir bahwa problem-focused coping terlihat lebih baik digunakan karena tindakannya yang lebih terlihat "dewasa". Sayangnya penelitian yang dilakukan oleh Strentz dan Auerbach (1988) mengatakan sebaliknya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun