Mohon tunggu...
Denny Yan Fauzi Nasution
Denny Yan Fauzi Nasution Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Yang selalu berusaha bisa bersyukur atas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Seseorang Menulis?

20 Oktober 2016   16:56 Diperbarui: 20 Oktober 2016   17:11 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
osolihin.wordpress.com

Kenapa seseorang menulis?. Jawabannya bisa sangat beragam. Dari yang paling sederhana semacam, "ya, pengen nulis aja...", atau yang agak pop seperti, "gue pengen eksis dengan menulis", atau juga yang agak ajaib seperti kata Stephen King: "menulis adalah menciptakan duniamu sendiri."

Bagi saya, menulis adalah semacam ungkapan syukur pada kehidupan, pada Sang Pemberi Hidup."Seseorang yang ingin menjadi penulis yang baik, tinggal melihat lewat jendela kehidupannya dengan baik-baik, lantas menuliskan apa pun yang dianggapnya menarik atau tidak menarik, dengan cara yang menarik maupun tidak menarik," begitu bilang Seno Gumira Ajidarma.

Menulis, saya kira mensyaratkan satu hal yang sangat penting: kesadaran. Kesadaran pada kehidupan. Kehidupan itu, kata Seno, adalah jendela penulisan. Jendela itu akan terbuka, bila hidup kita sadari, sehingga daun yang melayang menjadi sangat besar artinya jika disadari. Orang yang matanya tertutup dan telinganya buntet, melihat daun tapi seperti tidak melihat daun, mendengar suara jeritan tapi seperti tidak mendengar suara jeritan, dan tak akan pernah menjadi penulis dari hati yang terdalam, otak terjernih, dan jiwa yang lapang.

Di sini, menulis jadi suatu momentum, karena memang ada seribu satu faktor yang sebenarnya misterius dalam kelahiran sebuah tulisan. Dengan demikian, mereka yang ingin menulis, tinggal melihat apa yang dilihatnya, mendengar apa yang didengarkannya, lantas menuliskannya. Tidak terlalu keliru jika dikatakan betapa menulis itu gampang. Yang tidak terlalu gampang adalah mempunyai sikap seorang penulis – yang selalu melihat, selalu mendengar, selalu merasakan, selalu memikirkan – untuk kemudian dituliskan. 

Pada akhirnya, seperti kata Seno, menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa – suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun