-000-
Di Ciputat, keluarga yang bermain malam itu menemukan makna baru. Si anak tidak hanya belajar olahraga, tapi belajar kolaborasi.
Ia sadar bahwa dalam padel, ia tak bisa bermain sendirian. Setiap langkah harus serasi dengan pasangannya.
Bagi sepuluh pasangan asing yang dipertemukan aplikasi, padel menjadi jembatan sosial. Dalam satu jam, mereka saling menyapa, bercanda, bahkan bertukar nomor ponsel.
Ada yang kemudian sepakat bertemu lagi, bukan hanya di lapangan, tapi juga di meja bisnis.
Inilah yang membuat padel berbeda. Ia memaksa manusia untuk hadir penuh---bukan sekadar menatap layar gawai, bukan sekadar mengangkat beban sendirian di gym.
Padel adalah seni bersama. Bola hanya bisa hidup kalau ada pasangan yang mengembalikannya.
Secara teknis, padel dimainkan di lapangan berukuran 10x20 meter dengan skor mirip tenis, dan bola boleh memantul dinding kaca hingga setinggi 4 meter di bagian belakang lapangan.
Di Indonesia, popularitas padel meningkat pesat dalam dua tahun terakhir, ditandai ratusan lapangan baru dan komunitas urban yang terus berkembang.
Meski jumlah pasti pemain aktif belum dipublikasikan asosiasi resmi. Fenomena ini menandai padel bukan sekadar tren, melainkan bagian evolusi gaya hidup perkotaan modern
-000-