Mohon tunggu...
De Be Roha
De Be Roha Mohon Tunggu... Guru - Penulis adalah guru di SMA Negeri DKI Jakarta

Nama Lengkap : Deni Boy Pekerjaan : Pengajar SMAN 87 Jakarta Tinggal di Sawangan Depok Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Emak Zaman "Now" Ngamuk

22 Maret 2023   16:20 Diperbarui: 22 Maret 2023   16:35 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya pula yang dipergarahkannya? Belum lahir bapaknya, saya sudah preman di simpang tugu tu." Tetiba emak ngomel-ngomel saat memparkir motor di halaman rumah. Aku ciut nyali melihat emak kalau udah ngomel. Apaboleh buat, aku coba bertanya, semoga dapat meredakannya. "Ada apa mak? Kenapa emak ngomel-ngomel dari tadi." Tanyaku sambil menyambut tas tentengan bawaannya. "Ada paja tu, mungkin baru punya mobil. Emak jalan pelan di sela-sela mobil dan truk, enak saja dia nyenggol spion motor." Emak bercerita. "Lhah mak, khan kaca spion nggak pecah, udah lah nggak apa-apa." Aku menenangkan. "Hei mana bisa, motor emak baru, kreditnya saja baru dua bulan emak bayar, masa harus lecet karena anak ingusan itu." Nada suara emak mulai meninggi, aku diam. "Sudah tau emakmu ini baru bisa bawa motor, kenapa dia nggak minggir sedikit khan tidak disenggol." Masih saja emak berciloteh. Aku tinggal ke dalam sambil bawa tas tentengan belanja emak. 

Wajan yang dicuci emak ikut jadi sasaran, mencuci dengan grasak grusuk. Sendok pun main lempar saja, sudah dua gelas minum yang pecah. Kegusaran emak sepertinya belum reda. "Mak... sudahlah ya, orangnya khan sudah tidak ada, emak jangan marah lagi." Bujukku pelan sambil memegang punggungnya. "Apa di kamu nih. Sudah segini umur amakmu belum pernah ada orang yang berani. Masak anak baru kemaren sore mau coba-coba amak, belum telakit dia ber-angap." Emak susah untuk disabarkan. "Coba kamu bayangkan Nur. Abakmu itu dulu, kalau tidak amak yang maju, sudah bergelimang darah dia." Seru suara emak. "Emangnya abak ngapain dulu mak?" Aku mengalihkan perhatiannya. "Enak saja, angku Mamaik itu memilih dia jadi panitia Qurban, di bagian tukang jagal pula di letakkannya. Nanti khan abakmu diciprat darah sapi. Nah amaklah yang membatalkannya. Amak pergi menghadap angku Mamaik, amak maki-maki, dan minta abakmu dipindahkan ke bagian tukang bungkus." Berbinar mata emak menceritakan. 

"Assalammualaikum... Assalammualaikum... tok... tok..." Hei Nur, cobalah kamu lihat siapa yang datang, itu terdengar suara pintu di ketok orang. "Baik Mak. Emak kini sudah mulai reda. Aku ke depan membukakan pintu. "Waalaikumsalam, eh mas Hadi, masuk mas." Ternyata yang datang adalah mas Hadi. Orang yang selalu mendampingiku di kampus. "Nur... siapa yang datang? Etek Hayati yang datang?" Teriak emak dari dapur. "Bukan mak, teman kuliah Nur yang datang." Aku menjawab dari depan. "Suruhlah masuk, sediakan minum buat kawanmu Nur." Kebiasaan emak tidak pernah lupa, mengingatkan menjamu tamu yang datang. "Iya mak." Aku menyiapkan dua gelas teh manis hangat untuk mas Hadi dan aku. Lalu kami ngobrol santai. "Nur, nanti aku salaman dan cium tangan emak ya, agar nanti kalau aku nglamarmu tidak ditolak." Mas Hadi merayuku. "Silakan aja mas. Sayup-sayup terdengar suara langkah emak dari arah dapur. Bunyi piring diletakkan di mejapun jelas terdengar, lalu langkahnya mendekat ke ruang tamu, "Ha... ini dia paja tu Mengapa kamu ke sini? Mau cari lawan kamu? Kamu pikir saya ini ndak berani sama kamu ha? Anak baru kemaren sore mau coba-coba dengan saya?" Bagaikan peluru dalam perang di Timur Tengah, emak menciracau, menunjuk-nunjuk ke mas Hadi. Aku bengong. "Pergi kamu, saya tidak sudi kamu menginjak rumah saya, pergi kamu!" Emak mulai mengambil sendok, garpu, batu gilingan cabe, bahkan sepatu. Mas Hadi tidak punya kesempatan bertanya dan menjawab, segera meninggalkan rumah Nur yang akan dilamarnya. Nur lari ke kamar dan menangis. Emak puas bisa mengusir orang yang dia marahi tadi.

   

-salamemaknow-

Catatan:

Dipergarahkannya (Minang) = Dipermainkannya

telakit (Minang) = sempat

ber-angap (Minang) = bernafas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun