Mohon tunggu...
denmpoer .
denmpoer . Mohon Tunggu... -

daily cyclist, bambu apus Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jarambah, Surabaya-Bali-Lombok dari Atas Sepeda

18 Januari 2011   05:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:27 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

EDISI  Pergi Kisah dibalik JARAMBAH Awalnya sekitar  medio Agustus – September, meneruskan pembicaraan untuk kembali mengadakan Turing. Mulailah berkelebat ide-ide tujuan dan mencari-cari waktu yang ideal  yg sekiranya cukup untuk melakukan sebuah perjalanan jauh. Pada awalnya tujuan pertama adalah Jogja-Surabaya, untuk meneruskan Turing Duo ROGAD  Om Heru & Om Ogut  Jakarta-Jogja. Kemudian melebar kenapa tidak  Jogja-Surabaya-Bali sekalian?  Setelah beberapa lama mengendap, sekitar bulan puasa  akhirnya diputuskan  Turing kali ini  adalah Surabaya-Bali-Lombok dengan asumsi waktu perjalanan 1 Minggu. Mulailah dilakukan persiapan dari mulai rute mana yang akan dipilih, berapa jarak tempuh per hari dan tempat beristirahat, berapa orang kira-kira peserta, dan hal lainnya yang kita diskusikan bersama. JARAMBAH sendiri berasal dari bahasa sunda yang arti harfiah nya : Orang yang suka  main jauh, ke tempat-tempat yang baru, dan terkadang konotasinya Bandel/ Negatif, biasanya diberikan kepada anak-anak kecil yang suka maen ke tempat yang jauh dan nggak bilang-bilang sama orang tuanya. Nah begitulah kami ! JARAMBAH.

Menjelang hari keberangkatan  yaitu 17 Nopember 2010, peserta yang ikut ada 7 (tujuh) orang yaitu : Om Pri, Om Heru, Om Zamani, Om Dodi, Om Awang, Om Ridwan dan Om TP. Tentunya ada banyak cerita yang terjadi  sebelum keberangkatan, perubahan jadwal, perubahan formasi, persiapan sepeda dll yang biarlah menjadi cerita yang tak terungkap. Hari Pertama, Rabu  17 Nopember 2010 Meeting Point : Cililitan  sekitar jam 15:00 Sekitar jam 14:30, semua sudah pada berkumpul, kecuali OM Pri, Om Heru dan Om Awank, ternyata jari-jari sepeda  Om Heru  patah di sekitar PAL, akhirnya setelah diganti di bengkel  kemudian diangkut oleh mobil yang akan membawa kita semua ke Stasiun Senen. Tak diduga ternyata ada beberapa ROGAD’ers yang akan mengantar kami menuju  Stasiun Senen , ada Nte Jati, Om Iyunk, Om Fandri, Om Irsan, Om Ogut dan Om Novik.  Dengan sepedanya mereka  mengantar kami  menuju Jatinegara, sementara sepeda kami diangkut mobil bak dan kami sendiri naik taksi.

12953257741560520255
12953257741560520255
Setibanya di Stasiun Senen , kami segera packing sepeda untuk mempermudah penempatan di dalam gerbong, dan membeli makanan dan minuman untuk bekal perjalanan selama  hampir 12 Jam di Kereta Api. Karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, kereta yang kami tumpangi tidak terlalu penuh, tapi  walau begitu  kami agak kerepotan untuk mencari tempat untuk menyimpan 7(tujuh) sepeda kami.  Akhirnya  3 (tiga) sepeda kami dengan terpaksa  mengambil dua kursi untuk penumpang, dan kami pun lebih memilih  untuk lesehan di gerbong dan di bordess.

12953255161455140842
12953255161455140842
Jam 6 lebih beberapa menit akhirnya kereta mulai bergerak menuju timur, jika sesuai dengan jadwal harusnya kereta sampai di Pasar Turi jam 6 pagi esok hari.  12 jam di kereta api kami manfaatkan untuk kembali membahas rute perjalanan dan berbagai kemungkinan yang akan dihadapai selama perjalanan dan sisanya dipergunakan untuk beristirahat  mencuri waktu sekedar memejamkan mata. Rupanya bukan menjadi rahasia umum lagi kalau kereta selalu terlambat,  hampir jam 8 pagi akhirnya kami sampai di Stasiun Pasar Turi. Hari kedua, kamis   18 Nopember 2010 Udara Surabaya yang mulai panas membuat badan kita lebih lengket setelah hampir setengah hari di dalam kereta. Kamipun mulai berkemas, bergantian mandi dan mempersiapkan sepeda dan barang-barang bawaan kami.

1295325914793561879
1295325914793561879
Tepat jam 9 pagi, kami mulai bergerak  menuju arah Sidoarjo dengan rencana tujuan akhir di  daerah  PAITON atau BESUKI kira-kira 150km dari Pasar Turi melewati  Porong, Gempol, Bangil, Pasuruan, Probolinggo. Dari arah Pasar Turi kami menyusuri jalanan dalam kota  sambil mencari warung untuk  sarapan.  Yap  sarapan pagi ini adalah makanan khas Jawa Timuran  Nasi Rawon + Telor Ceplok dan segelas Teh Manis. Perjalananpun kemudian dilanjutkan melewati Wonokromo dan terus ke arah selatan melewati Jl  Ahmad Yani.  Kira-kira  30 menit  perjalanan sekitar daerah Waru tiba-tiba  terdengar suara ledakan yang cukup keras tepat di depan bengkel motor ! Kami yang di belakang mengira ledakan berasal dari bengkel tersebut, e a dalah ternyata suara itu berasal dari Ban Om Ridwan yang  meledak, setelah di cek ternyata ban luarnya pun sobek.  Untunglah Om Heru membawa  ban luar cadangan, sehingga kamipun bisa melanjutkan perjalanan setelah mengganti ban dalam dan luar. Jalanan yang kami lalui  cenderung lurus dan mendatar,  tetapi karena jalan yang kami lalui adalah  jalan propinsi sehingga suasana jalanan ramai dan mulai dipenuhi oleh bus dan truk dan angkutan umum. Kami harus lebih berhati-hati dan terkadang kami harus memilih badan jalan atau bahkan jalan tanah karena tak sedikit bus dan truk yang tidak mau berbagi jalan. Udara mulai terasa menyengat, panasnya aspal dan terik matahari akan menjadi teman kami sepanjang hari ini. Melewati kota sidoarjo, kami mencoba mencari toko/bengkel sepeda untuk membeli ban luar untuk berjaga-jaga jika terjadi kejadian seperti sebelumnya. Ke arah selatan terus dari kota sidoarjo, kami melewati Candi, Tangulangin dan akhirnya kami tiba di daerah Porong. Di sebelah kiri kami nampak gunungan pasir hampir setinggi 5 meter  sepanjang kurang lebih 3km, di beberapa tempat nampak ada tulisan alakadarnya bertuliskan “ Pintu Masuk Wisata Lumpur “ . Orang-orang Indonesia ini memang sangat kreatif, bahkan sebuah bencana pun  bisa dimanfaatkan untuk mencari keuntungan. Selain udara panas yang menyengat, debu pasir yang berterbangan, dan asap knalpot dari Bus, Truk dan Trailler  sangat menyesakkan. Kami harus memilih melewati jalan tanah atau berjibaku di antara kendaraan besar lainnya dengan lebar yang sangat pas untuk sepeda atau bahkan melawan arus. Semua pilihan itu mengundang resiko tersendiri. Jika berjalan di jalan tanah yang berbatu resikonya ban kami bisa bocor karena beban ban cukup berat, jika berjalan diantara Truk dan Bus resikonya adalah terserempet atau terjepit badan bis/truk, dan jika melawan arus  ya  resikonya ,,,,,,,,, tahu sendirilah Jarak yang tidak terlalu jauh melewati daerah  Porong cukup menguras tenaga.  Setelah melewati Porong di pertigaan Gempol kami berbelok ke kiri menuju kota Pasuruan.  Tak terasa waktu telah menunjukkan tengah hari, udara semakin panas dan menyengat.

1295325989176283396
1295325989176283396
Di penunjuk jalan masih sekitar 24km menuju kota Pasuruan, kurang-lebih 1 jam ke depan  kami ditunggu oleh adiknya Om Heru untuk makan siang makanan khas Pasuruan.  Ternyata  kami harus menempuh lebih dari 24km untuk sampai di tempat kami beristirahat. Kurang lebih pukul 14:00 akhirnya kami tiba di sekitar Rejoso, tempat adiknya Om Heru berkantor.  Kamipun berhenti sebentar untuk kemudian kembali ke arah kota Pasuruan untuk bersantap siang  NASI PUNEL, makanan khas Pasuruan. Pasuruan yang berjuluk  Kota Santri hari itu nampak sepi, toko-toko hampir sebagian besar tutup, mungkin masih dalam suasana hari raya Idul Adha. Setelah berputar-putar di dalam kota, akhirnya kamipun menemukan sebuah warung NASI PUNEL yang buka.  Nasi Punel selain berisi nasi jg  dilengkapi dengan  sate kerang, suwiran daging dan kulit, parutan kelapa kering, kerupuk dan tak lupa sambel yang berisi potongan kacang panjang yang sangat pedes.  Seporsi Nasi Punel dan minuman cukup membuat perut kami penuh dan terasa enggan beranjak dari tempat duduk. Kami pun segera kembail ke kantor adiknya Om Heru untuk melanjutkan perjalanan.

12953260361326875585
12953260361326875585
Tak terasa waktu sudah menunjukkan hampir jam 16:00, kami mulai pesimis bisa mencapai tujuan semula yaitu daerah Paiton/Besuki yang menurut peta masih kurang lebih 80km dari tempat kami beristirahat.  Kami pun sepakat untuk tidak memaksakan diri, mengingat ini hari pertama perjalanan kami dan kami kurang istirahat selama di kereta api. Menjelang sore cuaca mulai sedikit ramah, tetapi ternyata jalanan semakin ramai oleh kendaraan besar. Kami segera menyalakan lampu-lampu sebagai penanda bahwa kami ada di jalanan, sedikit berguna walau tak jarang kami harus turun ke badan jalan untuk menghindar. Jalanan masih  cenderung mendatar dan lurus dan cukup mulus, sehingga kami bisa sedikit memacu laju sepeda di kecepatan 20-25Kpj. Kami masih berharap dapat mencapai PAITON/Besuki tidak telalu malam. Halangan kembali muncul, tiba-tiba Hub Depan sepeda Orange OM Awank terlilit besi sepanjang 20cm yang melingkari Hub barunya yang membuat sepedanya terhenti. Dengan wajah memelas memandangi Hub baru nya tergores, mungkin kalo tidak ada kami dia akan menangis. Menjelang  Maghrib kami tiba di gerbang “ Selamat Datang di Probolinggo “ kamipun  beristirahat sejenak. Ternyata  melakukan Night Ride di jalanan Jakarta masih terasa nyaman dibandingkan Night Ride di jalur PANTURA.  Kendaraan dengan kecepatan tinggi membuat kami beberapa kali harus meminggirkan sepeda ke jalan tanah.  Dengan perbedaan badan jalan dan tanah cukup tinggi menyulitkan kami untuk kembali ke jalan bahkan di suatu tempat OM Awank sempat terkapar karena memaksakan diri pindah dari jalan tanah ke badan jalan. Rupanya beberapa  ROGAD di Jakarta tetap memantau kami lewat Social Media ( FB, Twitter dll) sehingga mereka tahu posisi kami di mana. Om Akung  menawarkan untuk menginap di rumah saudaranya sekitar Kraksaan, kami segera buka peta perjalanan, untuk mencapai Kraksaan kurang lebih 35km dari  tempat kami beristirahat.  Setelah berdiskusi dan mengingat kondisi sebagian dari kami sudah sedikit melemah kami pun akhirnya memutuskan untuk melewatkan tawaran menggiurkan dari Om Akung. Kami akhirnya memutuskan untuk mencari penginapan di kota Probolinggo yang tingal 3km dari tempat kami berhenti. Setelah berputar-putar kamipun menemukan Hotel yang lumayan bersih untuk sekedar melepas penat untuk melanjutkan perjalanan esok hari.  Total perjalanan hari pertama 110km, kamipun segera bermimpi. Hari ketiga, Jum’at 19 Nopember 2010 Karena  rencana perjalanan hari kemarin berubah, jika mengikuti rencana semula kami harus menempuh lebih dari 180km  untuk mencapai pelabuhan ketapang melewati Paiton-Besuki-Situbondo-Bajulmati dan Ketapang. Kira-kira jam 9  setelah kami sarapan di Hotel dan kembali mempersiapkan sepeda dan bawaan  kami segera beranjak menuju luar kota Probolinggo.  Seperti hari sebelumnya cuaca sudah mulai terasa panas  dengan kondisi jalan yang lurus  dan masih mendatar. Kurang lebih 25km dari Hotel akhirnya kami tiba di daerah Kraksaan, tempat yang ditawarkan OM Akung untuk  bermalam. Kami segera mencari  Minimarket untuk menambah perbekalan selama perjalanan dan NGADEM di ruangan ber AC.

1295326142213585099
1295326142213585099
Rasanya cukup membosankan melewati jalanan yang lurus dan datar, dan udara panas sangat menguras tenaga. Beberapa dari kami mencoba memacu laju sepeda untuk menyemangati yang lainnya atau ini dinamakan trik  untuk bisa beristirahat lebih lama.  Dan angin yang keras datang dari arah depan cukup membuat kami harus lebih memacu laju sepeda. Menjelang Paiton, kira-kira 55km dari Hotel tempat kami menginap, kami mencari mesjid untuk melaksanakan Shalat Jum’at. Waktu masih menunjukkan pukul 11 lebih beberapa menit.  Beberapa dari kami mandi untuk membersihkan diri dan beristirahat menunggu Shalat dimulai.  Dari kejahuan terlihat cerobong asap PLTU Paiton yang menjulang berwarna-warni.  Kami sedikit  menyesal tidak bisa menikmatinya di waktu malam, pasti lebih indah dengan kerlap-kerlip lampunya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13 siang, cacing di perut mulai berontak minta diberi makan.  Kamipun mencari warung nasi untuk menambah tenaga karena menuju PAITON jalanan mulai menanjak memutari bukit sepanjang PLTU. Pantai utara sudah mulai terlihat, cerobong asap mulai mendekat, kami harus melahap jalanan menanjak dengan perut yang penuh.  5km dari tempat kami  makan sampailah kami di gerbang PAITON, kami menyempatkan diri untuk ber-Narsis ria dengan pemandangan laut lepas dan latar belakang PLTU. Area PLTU ini sangat luas memanjang  di kiri dan kanan jalan dengan jalanan yang naik turun , kamipun sampai di gerbang “ Selamat Datang di Situbondo “  Tetapi jangan salah itu bukan berarti kami sudah dekat dengan kota Situbondo , itu hanya perbatasan kota Probolingo dan Situbondo. Kota Situbondo masih sekitar 35km ke depan.

12953258881015359735
12953258881015359735
Tidak berapa jauh dari Paiton kami memasuki daerah Besuki dan kemudian Pantai Pasir Putih Situbondo, tetapi kami tidak menemukan atau melihat pantai yang berpasir putih?  Kontur jalanan masih berkelok kelok dengan sedikit turunan dan tanjakan. Perlahan dan setelah beberapakali re-grouping menjelang maghrib kami memasuki Kota Situbondo. Situbondo lebih ramai bila dibandingkan dengan Probolinggo. Di alun-alun Situbondo kami berhenti untuk beristirahat  dan makan malam dan menambah perbekalan karena  ke depannya kami akan melewati Hutan Baluran sepanjang kurang-lebih 20km. Cukup lama kami beristirahat di alun-alun kota Situbondo, kami membuka kembali peta rencana perjalanan, masih kurang lebih 80km untuk mencapai Pelabuhan Ketapang dengan kontur jalan yang  cenderung menanjak di sekitar kawasan Taman Nasional Baluran.  Setelah berdiskusi  apakah kami stop di Situbondo  dengan resiko perjalanan akan mundur 1 hari atau kami meneruskan perjalanan menuju arah ketapang dengan mencari tempat menginap sekitar Asembagus atau Banyuputih. Karena waktu sudah menunjukkan hampir jam 21:00 kami pun segera memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju ketapang sesuai dengan rencana perjalanan awal. Melewati daerah Panji, Kapongan, Arjasa jalanan masih mendatar. Di pimpin oleh Om Pri yang telah menenggak Jamu di Kota Situbondo kamipun di ajak Sprint dengan kecepatan lebih dari 27Kpj tanpa henti sekitar hampir  40 Menit. Rupanya  tenaga muda Om Pri  memacu adrenalinnya sehingga kami yang lebih muda di belakang cukup terengah-engah  mengikutinya. Tak berapa lama, mungkin, energi jamu nya sudah mulai menipis Om Pri mulai melambat, sepanjang jalan kami di belakang berteriak-teriak menyemangati  dan bercanda  agar Om Pri kembali menenggak Jamunya. Perjalanan terasa mengasikkan hampir menjelang tengah malam, kami masih berada di jalanan dan jauh dari rumah. Akhirnya sebuah gubuk di tengah sawah dan kebun yang hanya berukuran 2x 2 meter  jadi tempat kami meluruskan punggung dan mencuri waktu untuk sebentar memejamkan mata.

1295326318317074080
1295326318317074080
Mungkin dikarenakan kita sebelumnya asik ber-Sprint ria sehingga kita ternyata melewatkan  penginapan yang sekiranya bisa kita gunakan untuk bermalam.  Kamipun meneruskan perjalanan  perlahan dengan mata yang berat. Pepohonan besar sepanjang jalan menemani perjalanan malam kami, sesekali dari arah depan kendaraan besar  dengan kecepatan penuh menyisakan angin dan bau knalpot saja. Menurut peta perjalanan, jarak Pelabuhan Ketapang sekitar 40km lagi, berarti tak jauh ke depan kami akan melewati Kawasan Taman Nasional Baluran.  Dan waktu telah menunjukkan hampir jam 12:00 !!! Setelah berembug  mengira-ngira  dan membayangkan Tanjakan dan hutan sejauh hampir 25km harus kami lalui  dalam gelap malam dan badan yang cape, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan perjalanan dini hari nanti. Sebuah warung yang sudah tutup, dengan 2 bale-bale yang cukup besar akhirnya menjadi pilihan kami untuk memejamkan mata, setelah sepeda kami kunci dan barang-barang berharga kami amankan kami mencoba untuk tidur diantara  bising suara Truk dan Bus dengan kecepatan tinggi  melewati kami.  Entah kami  benar-benar tertidur atau tidak  waktu bergerak dengan cepat. Udara pagi mulai terasa dingin  membawa angin dari arah hutan. Hari keempat, Sabtu 20 Nopember 2010 Tepat jam 4 pagi, kami segera berkemas dan melanjutkan perjalanan dengan asumsi  jalanan tidak terlalu ramai  sehingga kami bisa melewati hutan dengan selamat. Kami pun mengenakan jaket, tetapi ternyata tidak berguna malah membuat kami lebih cepat berkeringat karena jalanan menanjak telah dimulai. Sisi kiri dan kanan mulai terlihat pohon-pohon jati muda dan belukar, aroma hutan basah mulai tercium. Jalanan memang relatif sepi hanya beberapa motor dengar keranjang yg didesain khusus untuk membawa kayu bakar lewat menuju ke arah dalam hutan.  Jalanan terus menanjak beberapa kilometer ke depan, dan di beberapa tempat banyak lubang yang cukup mengganggu laju sepeda kami. Di suatu tanjakan yang cukup curam kami melihat antrian truk tak bergerak di kedua sisi jalan, rupanya ada salah satu truk yang mungkin  As nya patah  teronggok tidak bergerak di sisi sebelah kanan jalan. Mungkin truk tersebut akan menyalip truk di depannya tetapi kemudian tidak berhasil  dan malah terhenti.  Sehingga kedua sisi jalan sepanjang beberapa ratus meter menganti truk dan bus dari  terdiam tidak bisa bergerak sama sekali.  Beruntung sepeda kami bisa melewati celah diantara  truk truk bermuatan penuh tersebut sehingga kami bisa melanjutkan perjalanan. Udara yang segar dengan pemandangan yang cukup menawan membuat kami sedikit melupakan rasa cape dan ngantuk.  Beberapa tanjakan masih harus kami lewati membuat kami  harus re-grouping beberapa kali agar perbedaan jarak  tidak terlalu jauh. Jalanan yang berlubang membuat kami harus lebih berhati-hati,  apalagi pas di jalan turunan bonus sebelum tanjakan berikutnya.  Om Ridwan sempat terjungkal di salah satu lubang jalan dan “menurut” cerita Om Pri yang persis berada di belakangnya cukup terkapar di jalanan. Dan bukannya menolong Om Pri malah  tertawa terbahak-bahak melihat Om Ridwan terkapar di jalanan. Entah bagaimana persisnya kejadian ini berlangsung hanya mereka berdua yang tahu. Akhirnya kami sampai di puncaknya, terbukti dengan jalanan sudah mulai menurun, sehingga kamipun bisa  meluruskan kaki untuk menikmati turunan sepanjang beberapa kilometer. Sepanjang kawasan Taman Nasional Baluran ini memang tidak ada terlihat rumah penduduk atau warung, hanya ada  kira-kira 3 Pos Polisi Hutan yang kami temui  di sepanjang hampir 25km.

1295326373969346192
1295326373969346192
Sekitar jam 6  akhirnya kami menemukan kehidupan dengan munculnya rumah penduduk di kiri dan kanan jalan walaupun masih jarang.  Tepat di Pom Bensin yang kami temui pertama kali, kamipun membersihkan diri dan mencari sarapan pagi,  dan minuman panas dan beristirahat sampai kira-kira jam 8 pagi. Seharusnya pelabuhan Ketapang sudah tidak jauh lagi, karena tidak berapa lama kami  melihat gerbang “ Selamat Datang di Banyuwangi “ . Tak berapa lama kami sudah bisa melihat  pantai utara di sebelah kiri kami, sepanjang beberapa kilometer kami melaju  mengikuti garis pantai. Sungguh suatu pemandangan yang sukar dilupakan. Menjelang jam 10 kami tiba di sebuah Pos yang terletak di ujung karang yang sedikit menonjol ke bibir pantai. Pelabuhan Ketapang sudah terlihat di ujung sana.  Lagi-lagi pemandangan yang indah, laut lepas, angin  dan bau pantai, jejeran warung-warung, kapal nelayan menjadi komposisi yang menarik untuk dilewatkan, kamipun berhenti sambil menungu  rekan-rekan yang berada di belakang kami.

1295326081653652759
1295326081653652759
Tak berapa lama ke depan akhirnya kami sampai di Pelabuhan Ketapang, setelah membayar tiket @ 7,500 kamipun naik ke dek kapal yang akan membawa kami ke Gilimanuk. Perjalanan di atas kapal Fery kira-kira  1 jam. Kapal yang tidak terlalu besar, laut yang tenang dan di ujung sana sudah terlihat ujung sebelah barat Pulau Bali. Sekitar jam 12 (atau jam 1 WIT ) siang kami sampai di Pelabuhan Gilimanuk. Udara sangat panas dan angin laut membuat badan kami lengket.  Tidak jauh dari Pelabuhan kami beristirahat di sebuah Mesjid, yang rupanya juga dijadikan tempat beristirahat bagi pengendara motor yang akan melanjutkan perjalanan menuju Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun