Hari ini adalah Kamis Legi, 16 Jumadilawal 1954 -- Jimakir dalam penanggalan Jawa. Titik akhir tahun 2020 yang rasanya pengen tak hih..kalo kata Pakde Jokowi, sebutan netijen untuk presiden kita. Â Tahun 2020, akan diingat sebagai tahun yang teramat penuh cerita, mulai dari babak penuh harapan di awal karena tahun ini terlihat cantik dari kombinasi angkanya, berubah menjadi malapetaka ditengah-tengah, hingga rasanya si malapetaka ini sudah menjadi teman setia sampai kita lupa sudah ada di akhirnya.Â
Namun, wabilkhusus 2020, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih. Semesta selalu mencari cara agar manusia ingat kepada-Nya. Via dominum aliae sunt homonibus propositis, demikian almarhum Romo Mangun mengatakan, Tuhan selalu memiliki cara yang berbeda dari cara yang dibuat manusia. Inilah mungkin yang bisa kita pahami.
Wabilkhusus 2020, Januari sampai Februari
Hujan tidak berhenti-henti sedari malam hingga saat pergantian tahun, seolah pertanda bahwa alam ini sudah bersiap untuk bersedih bahkan sebelum matahari pagi bersinar.Â
Di beberapa daerah, saudara-saudara kita sudah mulai kebingungan akan banjir yang datang. Kembali lagi, otoritas di beberapa wilayah setempat yang terimbas banjir seolah tidak siap, tidak mampu memprediksi. Jalur transportasi terhenti, akses menuju tempat kerja harus dipikir ulang jalurnya. Semua bingung, semuanya kemrungsung .Â
Beruntungnya kami adalah bangsa pemaaf, jadi apapun yang otoritas setempat lakukan, dengan otoriter kepada hati yang terdalam, kami memaafkan. Tapi, ini juga menjadi titik refleksi apakah memang kita sudah berlaku adil kepada alam yang kita diami. Di hulu sana...atas nama komersialisasi, alam dirudapaksa tak terkendali.
Wabilkhusus 2020, Maret - AprilÂ
Aku tidak bermaksud untuk menggurui, Â namun mencoba mengingat kembali pidato kebudayaan Muchtar Lubis pada 6 April tahun 1977 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Kita, "Manusia Indonesia" mungkin pada titik ini relevan dengan apa yang disampaikan beliau. Munafik. Di saat kebanyakan negara mulai bersiap akan serangan pandemi ini, kita masih saja dengan gagahnya berpikir bahwa kita akan luput dari virus ini karena doa yang kuat. Terimakasih semesta karena pada akhirnya kita tidak hanya berdoa, tapi benar-benar bingung, takut dan bimbang. Kita bersiap, kita menjaga, kita bertanya kok bisa. Semua waspada.Â
Di titik ini pula, jiwa-jiwa "Artistik" sebagai sebuah ciri dan kelebihan " Manusia Indonesia" berpulang. Merekalah yang mengisi kekosongan jiwaku bertahun-tahu melalui karya-karya nan hebatnya. Rama Aiphama, Glen Fredly, Andy Ayunir, Â Didi Kempot, Erwin Prasetya berpulang ke semesta. Habis sudah kontraknya. Mendahului kita, hanya kenangan akan karya-karya hebatnya yang mempu mengobati kesedihan tersebut.
Wabilkhusus 2020, MeiÂ
Persiapan Lebaran yang biasanya ramai, kini nampak biasa-biasa saja. Terminal, pelabuhan dan bandar udara nampak lengang, tiada orang ramai berdesakan untuk antre, begitupun jalur-jalur mudik di Jawa Tengah. Sepi dan hening.Â
Terimakasih, karena dalam berdiam kami menyadari makna sejati keheningan. Bahwa merayakan kemenangan di hari nan fitri adalah sejatinya merayakan kemenangan atas nafsu. Tiada lagi baju baru, tiada lagi keranjang belanja bertumpuk-tumpuk, Â tiada lagi kunjungan ke kampung halaman yang mengharuskan sebagian individu rela berhutang. Semuanya hanya diam, hanya berdoa kepada handai taulan dalam genggaman. Bahwa Idul Fitri, masih bisa bertemu melihat dan bertatap muka walaupun via layar telepon.Â
Wabilkhusus 2020, Juni sampai  September
Belajar ketahanan pangan. Pohon pepaya mulai meninggi, buahnya banyak dan siap untuk dipetik, begitu pula  singkong juga sudah mulai  bertambah padat dan kuat batangnya, tapi masih harus menunggu beberapa waktu lagi untuk mulai  terlihat umbinya.Â
Wabilkhusus 2020, Oktober sampai Desember
Sisa 3 bulan di tahun ini, mendengar kabar bahwa vaksin akan segera diperkenalkan. Harapan itu terwujud, Minggu dini hari 6 Desember 2020, sang ksatria bernama Sinovac hadir untu kita. Sebuah kabar baik di masa-masa yang penuh dengan kegelisahan ini. Namun apakah secepat itu, atau memang harus secepat itu?. Romantisme alam dan pandemi corona ini jangan cepat berlalu. Agar kita tetap mawas diri, diam dan berserah namun tetap berikhtiar.
Karena mungkin saja kita bisa menjadi "Manusia Indonesia" ala Muchtar Lubis yang "Enggan Bertanggungjawab atas Perbuatannya" jika angka kasusnya tetap tinggi dan semakin meninggi.