Mohon tunggu...
Octavitriadi
Octavitriadi Mohon Tunggu... Tukang Ketik -

Tetap tukang ketik surat di sebuah kantor, bergabung di Kompasiana untuk menunjukkan eksistensi "Aku ngomPasiana maka Aku masih ada."\r\nSuami yang hingga saat ini memiliki seorang istri dan dua orang putri yang sama-sama manis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Ratu Sima

12 November 2009   08:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:22 14728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini proses keadilan di bangsa ini sedang dipertanyakan. Para penegak keadilan yang diharapkan dapat memberikan rasa aman masyarakat di dalam proses mendapatkan keadilan ternyata malah berbeda pendapat satu dengan lainnya.

Di saat inilah perlunya kita kembali menengok masa keemasan bangsa kita, tak ada salahnya untuk membaca kembali sejarah bangsa kita. Anonim mengatakan "Bila dunia mau belajar dari sejarah, maka dunia akan tenteram."

Bila bicara tentang sejarah keadilan bangsa ini, maka kita pasti bicara tentang Kisah Ratu Shima yang dikisahkan dalam cerita Dinasti Tang tentang Ratu Jawa.

Shima atau Sima adalah seorang ratu yang memerintah kerajaan Kalingga dari tahun 674 - 695 M. Kerajaan Kalingga yang terletak kira-kira di sekitar daerah Jepara, Jawa Tengah, mengalami masa kejayaannya di masa pemerintahan beliau.

Pada masa itu, pemerintahan Ratu Sima terkenal sangat adil sehingga rakyat pun amat patuh pada penguasa, bahkan bila ada buah mangga jatuh di jalanpun tidak akan ada orang yang berani mengambilnya tanpa seijin pemilik. Cerita ini terdengar seorang pangeran Arab.

Sang Pangeran Arab ingin menguji cerita tersebut dengan mengutus seseorang untuk meletakkan sebuah pundi berisi emas dan permata di sebuah jalan di pasar Kalingga. Dan ternyata cerita itu benar, tak ada seorangpun yang mengambil bahkan melewati pundi tersebut. Tiga tahun lamanya pundi itu tergeletak di jalan tersebut tanpa tersenggol sedikitpun hingga pada suatu hari sang pewaris tahta Kalingga entah sengaja ataupun tidak melangkahi pundi tersebut. Berita tersebut sampai ke telinga sang Ratu, dan beliau murka sekali. Maka dipanggillah sang pewaris tahta dan diadili di hadapan seluruh rakyat dan pejabat negara. Dan diputuskan oleh sang Ratu untuk menghukum mati sang pewaris tahta yang juga anak kandungnya sendiri.

Para menteri pun memohon keringanan pada sang Ratu, dan sang Ratu pun bersabda pada sang putra. "Kesalahanmu terletak pada kedua kakimu, maka cukuplah kedua kakimu yang dipotong untuk menjadi pelajaran bagi yang lain."

Seorang raja Tazi urung menyerang kerajaan Kalingga setelah mendengar kisah ini, entah karena kekagumannya pada sang Ratu yang adil dalam memerintah atau pada para penduduk Kalingga yang taat pada keadilan, kombinasi keduanya adalah hal yang amat langka di seluruh bangsa di dunia.

Kisah ini terdapat berbagai versi dalam penceritaannya. Tetapi hikmah yang dapat diambil ialah bahwa rasa keadilan dapat menciptakan rasa aman bagi seluruh masyarakat suatu bangsa.

Untuk mendapatkan hal tersebut maka dibutuhkan seorang pengambil kebijakan yang bernyali besar dan mampu bersikap adil. Adakah?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun