Mohon tunggu...
Deni Yuniardi/ Deni Zulkarnaen
Deni Yuniardi/ Deni Zulkarnaen Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ini tempat yang bagus buat bermain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Tentang Pemimpin

16 Mei 2014   05:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:29 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pagi, di beranda sekret Himpunan Mahasiswa Eksakta Unila (Himasakta) , saya duduk. Beberapa waktu sebelumnya, saya mendapati beberapa orang mengemukakan masalah-masalahnya. Saya hanya diam,  dalam pikiran saya, terbersit pertanyaan "Bagaiamana jika suatu saat saya berkesempatan memimpin, sementara orang-orang di sekeliling saya pasti akan ada yang mengeluh?". Pikiran saya pun mulai menerawang. Seperti biasa, saya tak ingin kehilangan moment itu, saya mengambil beberapa kertas di tas dan menuliskan ide dan gagasan yang muncul:

Solidaritas itu akan kuat jika dihadapkan dengan ancaman atau tantangan bersama. Tugas seorang pemimpin adalah menciptakan atau mendeteksi ancaman atau tantangan ini. Selain itu, pemimpin juga bertugas membimbing pasukannya agar sukses mengatasi  tantangan tersebut. Oleh karena itu, pemimpin haruslah lebih mengerti bagaimana mengatasi masalah.

Dalam menghadapi tantangan, terkadang orang-orang akan mengeluh bahkan putus asa. Di sinilah keberadaan seorang pemimpin sangat dibutuhkan, baik eksistensi maupun fungsinya. Pemimpin adalah megnet dan navigator bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Setiap individu tentu memiliki kelemahan, tapi setiap individu juga memiliki kelebihan dan kekuatan. Tugas pemimpin adalah menggabungkan kelebihan dan kekuatan-kekuatan itu agar menjadi kekuatan yang lebih besar. Pemimpin adalah penampung kekuatan itu.  Maka kekuatan pemimpin itu adalah refresentasi kekuatan orang-orang di sekelilingnya.

Dalam perjalanan kepemimpinan,  masalah yang paling  sering ditemukan adalah miss komunikasi. Miss komnnkasi inilah yang menyebabkan tidak selesainya suatu masalah kecil dan menjadi masalah yang lebih besar. Seorang pemimpin juga bertugas memastikan kelancaran komunikasi ini. Komunikasi akan berjalan lancar dan apik jika kepercayaan dan keterbukaan antar individu telah terbangun. Sebaliknya, Kecurigaan antar individu akan menghambat kelancaran komunikasi. Pemimpin juga harus memastikan keterbukaan dan saling percaya ada dalam masing-masing individu.

Lalu, bagaimana jika ada orang yang mencoba memecah-belah bangunan yang sedang kita bangun? Orang-orang seperti itu biasanya ada dalam setiap masa kepemimpinan. Ia bagai  tulang yang menusuk daging yang melindunginya. Ia tidak bisa  divonis sebagai lawan, juga tidak bisa dikatakan sebagai kawan sejati. Untuk mengatasi masalah ini, setidaknya ada dua pilihan yang dapat diambil: mempertahankannya dengan jaminan bahwa ia tidak akan mengganggu efektivitas dan kinerja atau mengasingkan dan mengeluarkannya dari barisan.

Memimpin itu berbeda dengan mengatur. Meskipun salah satu pekerjaan pemimpin adalah mengatur. Memimpin itu membutuhkan skill dan kecakapan, sehingga kepemimpinan dapat menjadi refresentasi dari orang-orang yang dipimpin. Orang-orang tersebut tidaklah sama dengan bidak-bidak catur yang siap dipindahkan dari posisi dan tugas satu ke posisi dan tugas lainnya. Orang-orang yang disebut jundi itu adalah manusia yang memiliki perbedaan dan keunikannya. Ia dapat bergerak sendiri, berimpropisasi atau hanya diam, namun diamnya tetap memiliki arti. mereka jelas berbeda dengan bidak-bidak catur.

Selain memiliki perbedaan di atas, mereka juga memiliki kesamaan yang menjadi alasan mengapa ia berproses dengan kuat. Kesamaan itu adalah adanya harapan yang ingin diwujudkan menadi kenyataan. Pemimpin bertugas memhami harapan-harapan itu. Juga berusaha menjaga dan membantu mereka agar mampu mewujudkan harapan tersebut.

Pada kenyataannya, terkadang orang-orang yang memiliki harapan yang baik itu, bingung bagaimana mewujudkannya. Bahkan, ada juga yang memiliki harapan yang keliru akibat keterbatasan pengetahuan. Misalnya seseorang aktif di BEM dan berharap agar mahasiswa tidak ada lagi yang demo karena sepengetahuannya demo adalah kegiatan yang sia-sia dan tidak mencerminkan budaya mahasiswa. Keterbatasan pengetahuan semacam ini memang banyak menimbulkan kesimpulan yang keliru. Hal ini juga yang kerap terjadi dalam diri anggota kepemimpinan. Maka seorang pemimpin haruslah memiliki wawasan yang luas untuk memahamkan orang-orang di sekelilingnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun