Saat diberi kemudahan, manusia cenderung memanfaatkan kemudahan tersebut untuk memenuhi keinginan dan kesenangannya. Saya termasuk salah satu orang yang sulit sekali menahan godaan kemudahan layanan digital.
Saking mudahnya melakukan transaksi, saya takut malah jadi tidak terkendali. Saya berpotensi boros karena segalanya serba mudah. Jika sudah begini, bukannya menjadi alat bantu pengelolaan keuangan, bank digital malah jadi senjata makan tuan.
Tentunya kondisi ini akan lain bagi masing-masing individu, terutama yang betul-betul melek urusan finansial.
Minim Interaksi Manusia
Meski dikendalikan oleh manusia, dunia digital tidak menawarkan apa yang dapat manusia berikan kepada sesamanya. Hal-hal unik perilaku manusia absen dari layanan bank digital.
Kita tidak lagi mendapati tukang parkir, penjaga keamanan, teller, dan petugas customer service yang murah senyum, mengucapkan salam, dan ucapan terima kasih kepada nasabah di layanan bank digital. Tidak ada pula obrolan seru antar nasabah yang saling mengeluhkan masalahnya.
Secara pribadi saya akan merasa sangat kehilangan hal-hal sederhana tersebut jika menggunakan layanan bank digital. Cukup sudah pandemi membatasi interaksi, saya belum mau kehilangan hangatnya interaksi manusia.
***
Untuk sementara ini, saya masih mengucapkan "Nanti dulu, deh" untuk bank digital.
Ini hanya opini. Pilihan tentunya ada di tangan pembaca semua.
Salam hangat.
***