Metode EK-ISL memerlukan elektroda yang ditanamkan ke dalam tanah atau batuan. Katoda (elektroda bermuatan positif) bertugas mengalirkan listrik ke dalam batuan, sedangkan anoda (elektroda bermuatan negatif mengumpulkan logam yang terlarut dalam lixiviant).
Eksperimen laboratorium menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Dalam 94 hari, diperoleh 57% berat tembaga dari keseluruhan kandungan tembaga dalam bijih.
Tidak cukup sampai di situ, para peneliti juga melakukan simulasi untuk memprediksi kemampuan metode EK-ISL dalam kondisi sebenarnya di lapangan. Hasilnya pun tak mengecewakan.
Para peneliti mengklaim, metode EK-ISL ini cukup efektif untuk digunakan dalam proses ekstraksi logam dari bijih. Mereka pun optimis metode yang sama dapat diterapkan pada jenis bijih logam lain.
Jika metode ini dapat diterapkan secara luas, diperkirakan akan terjadi perubahan di sector pertambangan secara radikal. Metode penggalian dan pengangkutan yang konvensional tidak lagi diperlukan. Bisa dibayangkan betapa signifikannya emisi yang bisa ditekan dari EK-ISL.
Satu hal yang tak kalah menarik, metode ini juga dapat disandingkan dengan sumber energi listrik alternatif, seperti tenaga matahari dan angin.
Seiring dengan perkembangan teknologi di masa yang akan datang, bukan tidak mungkin pertambangan yang benar-benar ramah lingkungan akan terwujud di kemudian hari.