Mohon tunggu...
Deni Miftarani
Deni Miftarani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa aktif STIE IEU Yogyakarta dengan jurusan D3 Manajemen Pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Reskilling atau Bangkrut: Selamatkan Bisnis dari Badai Digital!

10 Oktober 2025   15:25 Diperbarui: 10 Oktober 2025   16:20 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I. PENDAHULUAN (MENGAPA BISNIS BERADA DI TITIK KRITIS?)

Fakta tak terhindarkan yang kini membayangi lanskap korporasi global adalah bahwa validitas ijazah lima tahun lalu---bahkan investasi pelatihan intensif baru-baru ini---telah terdegradasi menjadi aset yang usang dan rentan akibat kecepatan brutal disrupsi teknologi. Laju inovasi digital, terutama yang didorong oleh kecerdasan buatan (AI) dan komputasi berbasis cloud, telah menciptakan defisit kompetensi digital (Digital Skill Gap). Defisit ini telah bergerak dari sekadar kekhawatiran teoretis menjadi eksekusi yang lambat terhadap perusahaan-perusahaan yang gagal beradaptasi (Davenport & Spohrer, 2024).

Kesenjangan ini melampaui kebutuhan peran teknis semata, meresap ke dalam setiap divisi operasional, mulai dari marketing hingga rantai pasok. Situasi ini secara fundamental menuntut kecakapan data dan fleksibilitas digital yang tinggi. Oleh karena itu, krisis ini harus diinterpretasikan ulang, kesenjangan keterampilan digital bukan hanya masalah administratif bagi departemen SDM atau pos pengeluaran pelatihan, melainkan tantangan eksistensial terhadap kelangsungan bisnis (business viability issue). Setiap penundaan respons terhadap kekurangan kompetensi ini akan terwujud menjadi erosi pangsa pasar, kehilangan talenta kunci, dan yang paling parah yaitu kolaps fungsional, di mana entitas korporat tetap berdiri tetapi tidak lagi relevan secara ekonomi.

Dengan demikian, inti argumen dalam esai ini adalah penegasan yang lugas dalam era disrupsi yang tidak terelakkan, hanya entitas bisnis yang menerapkan strategi reskilling dan upskilling yang gesit dan agresif yang akan bertahan dan mendominasi persaingan. Sebaliknya, mereka yang bertahan dengan metodologi pengembangan talenta yang lambat dan usang akan menyaksikan badai digital meluluhlantakkan struktur inti bisnis mereka.

II. ANALISIS KRITIS: PEMICU BADAI DIGITAL

Untuk merumuskan respons yang cepat, analisis haruslah setajam mungkin. Badai digital ini muncul dari diskoneksi parah antara tuntutan pasar yang berubah dan kapasitas internal perusahaan, yang diperkuat oleh tiga katalis utama.

A. Keusangan Keterampilan (Skill Obsolescence) Terukur dalam Skala Bulanan

Daur hidup keterampilan telah mengalami penyusutan drastis. Jika di masa industri, sebuah kompetensi dapat relevan selama dua dekade, kini diperkirakan ia hanya bertahan antara 18-24 bulan sebelum kompetensi baru muncul dan mengambil alih fungsinya (WEF, 2024). Ilustrasi paling jelas adalah akselerasi penerapan Generative AI. Karyawan yang menguasai pengkodean konvensional atau manajemen konten secara manual tiba-tiba berhadapan dengan sistem yang mampu mengotomatisasi tugas-tugas tersebut.

Saat ini, perusahaan sangat mendesak talenta yang kompeten dalam:

AI Prompt Engineering dan Integrasi: Kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dan menyematkan model AI ke dalam proses kerja sehari-hari (Bain & Company, 2023).

Penceritaan Data (Data Storytelling): Tidak sekadar mengolah data, tetapi mentransformasi wawasan analitik menjadi narasi strategis yang mampu mendorong keputusan bisnis yang berdampak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun