Namun kesehatan sosial bukan hanya soal kantor. Dalam kehidupan pribadi pun sama pentingnya. Banyak orang sukses secara karier, punya rumah, punya harta, tapi merasa kesepian. Mereka lupa memelihara hubungan dengan keluarga, lupa menyapa teman lama, lupa meluangkan waktu untuk berinteraksi. Lama-lama hidup terasa hampa. Ini menunjukkan bahwa ukuran kebahagiaan bukan hanya apa yang kita capai, melainkan juga seberapa dalam koneksi kita dengan orang lain.
Menjaga kesehatan sosial tidak berarti harus selalu dikelilingi banyak orang. Kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas. Punya satu atau dua teman dekat yang bisa dipercaya sering kali lebih menyehatkan daripada punya seratus kenalan yang hanya sebatas basa-basi. Jadi bukan soal berapa banyak kontak di ponsel, melainkan seberapa dalam percakapan yang bisa kita jalani.
Sebagai penutup, mari kembali ke konsep awal: work life balance. Benar, seimbang antara kerja dan hidup pribadi itu penting. Tapi tanpa kesehatan sosial, keseimbangan itu rapuh. Kita bisa saja sehat fisik, sehat mental, tapi tetap merasa kosong karena tidak ada koneksi yang bermakna. Itulah sebabnya menjaga kesehatan sosial harus menjadi bagian dari gaya hidup kita. Mulailah dengan berani terbuka, mendengarkan lebih banyak, menyapa lebih sering, dan menghargai orang lain. Dengan begitu, hidup bukan hanya seimbang, tapi juga terasa penuh. Karena pada akhirnya, kebahagiaan sejati bukan datang dari berapa banyak yang kita miliki, melainkan dari seberapa kuat kita terhubung dengan orang-orang di sekitar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI