Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jujur Saya Senang Mendapatkan Salam Tempel Sampai Sekarang

9 Mei 2021   18:13 Diperbarui: 9 Mei 2021   18:14 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu waktu masih anak-anak kalau lebaran itu semangat sekali keliling kampung. Mendatangi semua rumah dari ujung ke ujung. Demi apa coba? Demi mendapatkan amplop lebaran.

Karena tradisi di kampung tempat tinggal saya seperti itu. Pada saat lebaran pasti orang-orang memberi amplol kepada anak-anak yang datang. Rasanya hampir sama deh dengan tradisi di daerah lain. Tradisi salam tempel.

Namanya anak-anak jelas senang dong mendapatkan uang banyak. Usai berkeliling kami berkumpul di salah satu rumah kawan untuk menghitung hasil keliling lebaran. 

Setelah itu kami beramai-ramai membeli mainan di abang-abang gerobak keliling. Biasanya ada tukang mainan keliling yang mangkal di ujung jalan. 

Kalau saya tidak terlalu suka membeli mainan. Lebih senang membeli alat tulis untuk sekolah. Setelah lebaran beberapa hari baru pergi ke toko buku yang sudah buka. 

Uangnya tidak boleh dihabiskan. Kata ibu sisanya di tabung. Karena memang untuk ukuran anak-anak, uang yang didapat dari hasil keliling itu banyak sekali. Bisa mencapai ratusan ribu.

Biasanya yang memberi banyak itu tetangga yang sudah kenal dekat. Kawan ibu atau bapak yang mengetahui kalau saya anak mereka. Maka amplopnya dibedakan dari anak-anak lain. Intinya senanglah. 

Setelah duduk di Sekolah Menengah Atas, barulah agak malu kalau diajak keliling semacam itu. Maksudnya yang sengaja untuk mencari amplop. Yang kenal atau tidak kenal dengan tuan rumah kita masuk saja untuk berlebaran. 

Kalau lebarankan asal ada anak kecil yang datang pasti diberi amplop. Setelah besar tentu malu jika seperti itu lagi. Tapi tetap senang jika ada yang memberi amplop hehehe. Namanya diberi uang ya? Sudah besar pula. Sudah mengerti uang.

Mereka yang masih memberi amplop sampai kita besar adalah tetangga dekat, kawan ibu atau bapak, pakde, bude, om dan tante serta kakak-kakak sepupu yang sudah bekerja.

Besaran isi amplopnya pun disesuaikan. Pastinya lebih besar dari zaman anak-anak. Wah, senang dong namanya diberi uang. Setelah bekerja gantian saya yang memberi amplop kepada anak-anak tetangga dan Keponakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun