Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Aku, Buku, dan Kisah Perjalanan Adaptasiku Bersama "Balada Si Roy"

22 April 2021   22:19 Diperbarui: 24 April 2021   16:18 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku dan koleksi novel Balada Si Roy (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Membaca adalah salah satu hobiku sejak kecil. Sejak mulai bisa membaca rasanya senang sekali kalau ada bacaan di sekitarku. Entah itu buku cerita, koran maupun majalah. 

Pada saat bermain ke rumah salah satu kawan, hal pertama yang kutanyakan adalah koleksi bukunya. Jika ia memiliki koleksi buku maka aku akan rajin datang ke rumahnya. Sampai semua bukunya yang kusukai tuntas dibaca.

Dulu itu serial Tini yang paling aku suka. Ada Tini Belajar Berenang, Tini Belajar Sepeda dan seterusnya. Aku upayakan untuk bisa membaca semua serial Tini. 

Di sekolah pun demikian. Perpustakaan sekolah menjadi tempat favoritku selain lapangan. Artinya jika tidak ada kegiatan di lapangan seperti bermain kasti, bermain karet atau galasin. Maka aku lebih memilih pergi ke perpustakaan. 

Memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama hobi membacaku semakin meningkat. Aku mulai menyukai buku-buku sastra karya penulis kenamaan Indonesia. Trilogi Ronggeng Dukuh  Paruk karya Ahmad Tohari dan Seri Kenangan karya Nh. Dini menjadi bacaan rutinku di perpustakaan.

Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas aku mulai mengoleksi serial Balada Si Roy karya Gola Gong. Novel remaja yang awalnya merupakan cerita bersambung di majalah HAI. 

Dulu sewaktu masih berupa cerita serial di majalah, aku membacanya dari pinjam teman. Karena tidak berlangganan majalah tersebut. Namun begitu dibukukan maka aku harus memilikinya. Itu tekadku. Alhasil aku jadi rajin menyatroni toko buku Gramedia. Menunggu dan melihat kelanjutan serial Balada Si Roy.

Buatku toko buku Gramedia sudah seperti rumah kedua. Bagaimana tidak? Sepulang sekolah jika tidak ada kegiatan ekstrakurikuler aku selalu ke Gramedia sampai sore. Begitu pula saat hari libur. Tiada hari tanpa ke Gramedia. Demi tidak ketinggalan novel Balada Si Roy seri berikutnya.

Tidak hanya itu saja. Aku pun membaca buku-buku lain yang tidak disegel. Namun bukan berarti aku tak membeli buku lainnya. Setelah membaca di Gramedia justru aku tertarik untuk memilikinya. Meski pun tidak saat itu membelinya. Namanya juga kantong pelajar.

Setelah memiliki penghasilan sendiri barulah aku mulai menyicil buku-buku yang jadi incaranku. Termasuk buku yang sudah kubaca. Kalau dulu kan hanya membaca di perpustakaan atau toko buku. Sekarang harus memilikinya. Sebagai pelengkap koleksi bukuku.

Pada saat pandemi Covid-19 melanda dunia dan masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020. Praktis mengubah tatanan dan pola hidup masyarakat. Kita yang semula bebas melakukan kegiatan di luar rumah, semenjak pandemi diperintahkan untuk melakukan semuanya dari rumah. Kegiatan secara online menjadi aktivitas baru dalam masyarakat. 

Kita dipaksa beradaptasi mengikuti perubahan tersebut. .Dengan demikian kebiasaan mengunjungi toko buku pun mulai berkurang. Jika ingin membeli buku bisa dilakukan secara online. Sejujurnya aku lebih senang membeli buku secara langsung di toko buku. Lebih puas. 

Namun karena kondisi dan situasinya seperti ini, maka harus bisa beradaptasi. Tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa. Banyak hal yang bisa dilakukan selama proses adaptasi. Terutama terkait buku. Selain tetap melengkapi koleksi bukuku. Aku juga membukukan kisah perjalananku. Pandemi tak menghalangi diri untuk menghasilkan karya.

Aku dan buku cerita perjalananku (dokpri)
Aku dan buku cerita perjalananku (dokpri)

Hal tersebut terinspirasi dari penulis Balada Si Roy yang membukukan kisah perjalanannya keliling Asia. Memang kisahku tidak sama persis. Namun bagiku sangat berkesan dan penuh arti. 

Apalagi munculnya keberanian dalam melakukan petualangan, sedikit banyak terinspirasi dari kisah si Roy. Maka masa pandemi menjadi momen dalam mengumpulkan materi perjalanan dan kemudian membukukannya.

Keberanian tersebut muncul kembali manakala novel Balada Si Roy di angkat ke layar lebar. Proses syuting dilakukan dalam masa pandemi dengan menjaga protokol kesehatan. 

Selama proses tersebut novel Balada Si Roy diproduksi kembali. Promo dan woro-woro terhadap film Balada Si Roy mulai didengungkan. Para penggemar Balada Si Roy angkatan pertama pun kembali bernostalgia.

Jika dulu pengaruh membaca Balada Si Roy adalah gemar bertualang. Kini kemunculan kembali Balada Si Roy menggugah semangat untuk berani berkarya. Membukukan kisah perjalanan solo riding dari Tangerang ke Surabaya. 

Meski aku bukanlah penulis hebat. Namun aku yakin bisa. Bukankah menulis sudah merupakan keberanian tersendiri? Jika dulu karena buku aku berani menjelajahi negeri. Kini selama proses adaptasi aku berani menghasilkan buku. 

Buku mengubah hidupku dan menjadikanku manusia pemberani yang lebih baik dari sebelumnya. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun