Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Banjir NTT] Firasat Tengah Malam

7 April 2021   14:09 Diperbarui: 11 April 2021   21:32 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teras rumah tour guide saat saya di sana dan saat terkena badai (dokpri)

Jangan menilai seseorang dari penampilan.

Ungkapan yang awalnya saya anggap biasa. Cukup tahu saja. Namun setelah mengalami sendiri atas makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut. Barulah saya bisa memahami, kenapa ada ungkapan seperti itu. 

Musibah banjir yang melanda NTT dan Kota Kupang khususnya, menyadarkan saya akan ungkapan tersebut. Bahwa setelah kita mengenal dan berinteraksi dengan orang yang awalnya asing. Kini kita bisa merasakan empati dan welas asih terhadap apa-apa yang mereka alami.

Entah firasat atau apa. Pada Sabtu malam 3 April 2021 saya merasakan suasana yang begitu sunyi senyap. Gelisah tanpa sebab. Padahal saat itu malam Minggu dan tidak sendirian di rumah. Saya sampai menyebutnya malam Minggu rasa malam Jumat.

Berhubung tidak ada kegiatan lain. Maka saya putuskan untuk segera tidur.Tidur lebih awal dari biasanya. Tepat pukul 00.30 yang berarti hari Minggu dini hari, saya terjaga dan tidak bisa tidur lagi. Tiba-tiba teringat kawan-kawan di Kupang. Terutama saat berada di daerah Air Mata. Ada banyak cerita seru dan lucu selama di sana. Semua berkat kebaikan dan kemurahan hati tour guide yang mendampingi selama di sana.

Jadi pada saat perjalanan ke Kota Kupang akhir tahun 2020. Tiba di bandara sudah dijemput mobil travel yang mana sopir travel tersebut menjadi tour guide juga. Tujuan utama perjalanan adalah ke Atambua dan Pulau Semau. Maka hampir satu Minggu saya dan seorang rekan didampingi oleh tour guide.

Ketika hari terakhir usai kunjungan ke Pulau Semau. Tour guidenya menyarankan untuk menginap di rumahnya saja.

"Kakak besok pagi kan sudah balik ke Jakarta. Hari ini menginap saja di rumah Beta. Sayang-sayang Kak uang hotelnya. Di rumah hanya ada saya dan istri saja kok."

Awalnya merasa sungkan. Tidak ingin merepotkan orang.  Apalagi dengan kawan yang baru  dikenal. Maklum orang Jawa hahahaha. Namun karena terus didesak. Akhirnya ya sudah. 

"Biar sekalian kenalan dengan istri saya."

Benar juga sih. Maka begitulah. Setelah merapat di pelabuhan Bolok langsung menuju rumah tour guide tersebut. Tiba di sana disambut hangat dan ramah oleh sang istri. Kamar sudah disiapkan. Makanan sudah disajikan. Sungguh dijamu dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun