Bagi saya kucing itu binatang yang sangat lucu dan menggemaskan. Baik itu jenis kucing kampung atau kucing liar maupun jenis kucing dengan ras tertentu. Tingkah pola kucing saat bengong atau bercanda sungguh menggemaskan hati. Oleh karenanya ketika ada anak kucing liar yang masuk ke rumah segera saya beri makan. Saya biarkan bermain-main di rumah. Jadi tidak diusir untuk pergi.
Karena terbiasa diberi makan maka kucing tersebut rutin ke rumah. Suatu hari karena hari hujan, kucing tersebut tidak pergi usai diberi makan. Saya pun iba melihatnya. Saya beri tempat yang diberi alas kain hangat untuk tempat tidurnya. Kucingnya menurut pula saat digendong. Sejak itu kucing tersebut menjadi peliharaan kami. Kebetulan orang rumah menyukai kucing juga.
Melihat jenis kelaminnya yang laki-laki, kucing tersebut kami beri nama Chockie. Semakin lama Chockie tumbuh besar dan pintar. Walaupun kucing kampung atau kucing liar, Chockie sangat pandai dan penurut. Seolah-olah ia mengerti dengan apa yang kami ucapkan. Misalnya tidak boleh naik ke meja makan, tidak boleh naik ke sofa karena bulunya bisa rontok di sana, tidak boleh eek di rumah. Chockie ya tidak melakukan semua itu. Bagaimana kami tidak sayang?
Apalagi Chockie sangat pandai menangkap tikus. Orang bilang kucing telon atau tiga warna memang gesit dan pandai. Semakin sayanglah kami. Sebab dapur jadi aman dari gangguan tikus. Namanya kucing kampung maka setiap selesai diberi makan Chockie akan main entah kemana. Jika salah satu dari kami kangen atau ingin memberi sesuatu untuk Chockie. Cukup dengan berteriak memanggil namanya ia akan segera datang.
"Chokieeeee.....!!!"
Maka tak lama akan terdengar suara larinya. Dari atas genting atau dari halaman depan rumah. Intinya ia akan datang begitu kami memanggilnya. Pintar bukan?
Bertahun-tahun Chockie menjadi kucing peliharaan kami. Pada suatu hari Chokie pulang dalam kondisi lemas. Meski tahu ia tidak akan bisa menjawab, hanya bisa mengeong. Namun saya menanyakan kondisi dengan perasaan cemas.
"Chokie, kamu kenapa?"
Tidak seperti biasanya jika diajak bicara ia akan mengeong seolah mengerti. Kali ini mulutnya terkatup rapat. Kemudian ia menggelosor di lantai dengan nafas tersengal-sengal. Tentu saja kami panik. Tidak tahu mesti bagaimana? Saya elus dan usap-usap perutnya. Saya beri minum dengan sendok. Namun tetap saja mulutnya terkatup.
Tak berapa lama tubuh Chokie mengejang. Kami semua menjadi panik sambil meneriakkan namanya.
"Chokie, Chokie."