Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasar Kaget, Dicari Sekaligus Dicaci

4 Juli 2018   04:29 Diperbarui: 4 Juli 2018   04:42 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PASAR KAGET. Kegiatan perdagangan yang biasa kita jumpai di sekitar komplek perumahan atau perkampungan. Para pedagang di pasar kaget ini menggelar dagangannya pada petang hari sampai menjelang malam, atau pada pagi hari sampai menjelang siang. Untuk pagi hari biasanya pada tiap-tiap hari Minggu mereka menggelar kegiatan ini.

Sementara yang petang hari bisa dijumpai pada hari kerja, Senin-Sabtu. Dan masyarakat menyebut pasar kaget yang bisa dijumpai pada sore sampai malam hari dengan sebutan pasar malam. Hal ini berlangsung rutin dari hari ke hari. Dari satu perumahan ke perumahan lain. Dari satu kampung ke kampung lain. Dengan pembagian hari yang sudah terjadwal.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Jika mau memperhatikan, maka kita akan hapal jadwal pasar malam atau pasar kaget hari Minggu pagi. Hari Senin ada di kampung sebelah, hari Selasa ada di kampung belakang dan seterusnya. Secara ekonomis hal ini sangat menguntungkan para ibu yang tidak perlu pergi ke pasar untuk berbelanja segala keperluan. Sebab di pasar kaget hampir semua kebutuhan tersedia. Mulai dari penjual makanan cepat saji, sayur mayur, lauk pauk matang, pakaian, mainan anak-anak, barang elektronik dan masih banyak lagi.

Bahkan terkadang kita bisa menjumpai barang-barang langka dan tak terduga di pasar kaget ini. Wajar jika gelaran pasar kaget menjadi semacam magnet bagi masyarakat di sekitarnya. Para ibu yang merasa dimanjakan dengan kehadiran pasar kaget serta menjadikannya ajang piknik dadakan bagi keluarga.

"Ini hari apa ya? Ada pasar kaget ya hari ini?" tanya seorang ibu.

"Enggak ada, Bu. Hari ini ada di komplek sebelah. Besok baru di sini," sahut ibu yang lain.

"Oh, baru besok ya di sini. Padahal ada yang mau saya beli. Ya sudah saya ajak suami dan anak-anak ke sana saja nanti sore."

Percakapan yang biasa terdengar dikalangan para ibu. Kegembiraan bagi anak-anak. Tapi kegelisahan bagi sebagian besar para bapak. Bagaimana tidak? Para bapak yang mengantar sang istri dan anak-anak berbelanja di pasar kaget, harus berjibaku dengan kemacetan yang terjadi dan sulitnya mencari tempat parkir. Tak jarang mereka harus menunggu lama di suatu tempat. 

Hal seperti ini yang membuat sebagian orang naik darah ketika melintasi pasar kaget. Terutama mereka yang kediamannya harus melalui jalur pasar kaget. Atau mereka yang tidak tahu kalau hari itu di sana digelar pasar kaget. Sehingga terjebak dikemacetan didalamnya.

Jika sudah seperti ini emosi jiwa pun teruji. Kalau memiliki temperamen emosi tinggi, caci maki pun dengan entengnya meluncur. Tak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Sebab kehadiran pasar kaget sudah mengantongi ijin dari orang-orang yang terkait. Oleh karenanya ada juga perumahan atau perkampungan yang warganya tidak menginginkan adanya pasar kaget. Tergantung perijinan dan kesepakatan warga. Untuk menghindari hal-hal yang demikian.

20180704-030951-jpg-5b3be7b3dd0fa8211d5d6c42.jpg
20180704-030951-jpg-5b3be7b3dd0fa8211d5d6c42.jpg
Jadi sebenarnya kehadiran pasar kaget itu dibutuhkan atau tidak ? Menguntungkan atau tidak? Semua tergantung dari cara pandang masing-masing pribadi dan orang-orang yang terkait didalamnya. Sudut pandang yang berbeda ini yang akhirnya menjadikan ada dan tidaknya pasar kaget di suatu tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun