Tangerang Selatan -- Kajian peradaban Islam yang disampaikan oleh Deni Darmawan, M.Pd.I, dengan judul "Gebrakan Revolusioner Nabi Muhammad SAW dalam Membuat Tradisi Membaca dan Menulis," pada Sabtu (4/10/2025) di Masjid Darul Ulum Witana Harja, Kampus 3 Universitas Pamulang, Jalan Witana Harja No.18b, Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Dengan mengangkat topik kajian ini mengupas bagaimana Rasulullah SAW membangun peradaban Islam melalui pondasi dasar literasi.
Sejak awal penyampaian, Deni Darmawan menegaskan bahwa Islam lahir bukan hanya sebagai agama ritual, tetapi sebagai gerakan peradaban berbasis ilmu.
"Rasulullah SAW diutus tidak hanya sebagai rahmat bagi semesta alam, tetapi juga sebagai penggerak revolusi ilmu pengetahuan. Dan revolusi itu dimulai dari satu perintah sederhana namun dahsyat: membaca," ujarnya di hadapan para jamaah yang memenuhi masjid.
Deni menjelaskan bahwa tradisi membaca dan menulis adalah kunci peradaban. Nabi SAW tidak langsung membangun pasukan atau membangun struktur politik, tetapi beliau membangun masyarakat melek ilmu melalui pembinaan intensif di Daar Al-Arqam, sebuah rumah sederhana yang menjadi pusat pendidikan rahasia pada masa awal Islam.
"Di Daar Al-Arqam, Nabi SAW tidak hanya mengajarkan tauhid, tapi juga menanamkan budaya berpikir, menganalisis, dan memahami wahyu secara mendalam," jelas Deni.
Lebih lanjut, Deni Darmawan menyampaikan bahwa gerakan literasi Nabi bersifat strategis dan visioner. Ketika terjadi Perang Badar, Rasulullah SAW tidak mengeksekusi semua tawanan perang, tetapi justru menugaskan mereka mengajarkan baca-tulis kepada umat Islam yang belum bisa membaca.
"Ini adalah strategi peradaban. Rasulullah ingin umatnya merdeka dari kebodohan. Beliau menjadikan literasi sebagai alat emansipasi intelektual," tegasnya.
Dalam kajian tersebut, Deni mengutip Surat At-Taubah ayat 122, yang menegaskan bahwa tidak semua orang harus berangkat perang, melainkan sebagian harus tetap tinggal untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada umat. Menurutnya, ini adalah dalil kuat bahwa Islam menempatkan ilmu sebagai prioritas tertinggi setelah tauhid.