Mohon tunggu...
Dedi Syahputra El- Parom
Dedi Syahputra El- Parom Mohon Tunggu... -

Lahir di Aceh, berharap memejamkan mata terakhir di Aceh.., berpikir positif, realistis, mensyukuri dan menikmati apa yg kita miliki.. "bnyk ide cemerlang yg hilang sia-sia hanya karena yg mempunyai ide tidak berani untuk mengungkapkannya"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahlawan yang Terlupakan

5 Juni 2011   06:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di samping penguasaan terhadap alam sekitar dan kemampuan beradaptasi dengan alam, rahasia kemampuan bertahan T.R. Tampok juga terletak atas jaringan kekerabatan yang berlangsung antara dirinya dengan masyarakat setempat. Ketika ia berada di hulu Krueng Tripa, keuchik Uyam dan Khatib Bismi masing-masing kepala desa dan imam Desa ujung Baroh, Mukim Blang Tripa, tempat leluhur T.R. Tampok berasal dan dikebumikan, Menurut T.R. Tadu, telah berhubungan secara rahasia dengan T.R. Tampok di tempat persembunyiannya. Melalui jaringan hubungan itulah ia dapat memperoleh suplai garam atau kain yang amat diperlukan. Malah putrinya Cut Keumala yang telah lama ditingggalkan di desa bersama dengan 4 cucunya T. Usman, T. Banta, T.R. Tadu, dan T. R. Kuala dapat bergabung kembali dengan T.R. Tampok pada akhir masa kolonial melalui jaringan di atas (Wawancara dengan T.R. Tadu 1995).

Hulubalang setempat kelihatannya bersikap acuk tak acuh terhadap T.R. Tampok sepanjang tidak mengganggu ketertiban penduduk. Hal demikian dapat dimengerti mengingat T. Keumangan hulubalang Seunagan 1916-1929 yang kemudian digantikan oleh T. Ben adalah bekas majikan T.R. Tampok. Sedangkan T.R. Baday alias Petua Beungga, zelbestuurder Seuneunam sebelum 30 Juli 1929, menurut Gubernur Goedhart adalah hulubalang yang lemah dan tidak dapat dipercayai (Mailrapport 835x/28).

Dalam masa perjuangan gerilya itu terdapat juga konflik kepentingan antara T.R. Tampok dengan sebagian masayarakat desa. Konflik kepentingan apabila tidak dapat didamaikan lagi diselesaikan melalui aksi teror sebagaimana halnya pembunuhan terhadap Tgk. M. Yatim, imeum Desa Alue Kuyun Tripa, oleh Pang Perlak atas kerjasama dengan 2 orang penduduk setempat pada awal tahun 1926. Beberapa waktu kemudian T.R. Batak, imeum Tripa Atas, membunuh pula pengikut T.R. Tampok, yang terakhir segera memberikan reaksi balasan. Pada tanggal 15/16 Juli 1926 Ben Lui dan Pang Perlak membunuh T.R. Batak. Zelfbestuurder Seunagan T. Keumangan membiarkan peristiwa yang menimpa bawahannya itu berlalu begitu saja (Mailrapport No. 221x/28 dan 835x/28). Tidak lama kemudian imuem Tripa Atas digantikan oleh T.R. Gombak.

Dalam masa gerilya itulah T.R. Tampok memperoleh seorang putra yang diberi nama T. Bentara Keumangan, tetapi lebih populer T. Raja Ubit (kecil atau bungsu). Tahun persis kelahirannya kurang diketahui, tetapi diperkirakan sekitar 1935. T.R. Ubit sendiri bukan lahir dari rahim Cut Caya. Menurut sebuah sumber ibunya adalah Indah/janda A. Rahman, pengikut T.R. Tampok yang telah ditangkap dan dibuang ke Jawa oleh Belanda. Ketika tempat persembunyian T.R. Tampok di Blang Tadu dikepung serdaddu Marsose, T.R. Tampok dan Cut Caya beserta T.R. ubit yang masih kecil dapat menyelamatkan diri ke hulu Blang Tripa. Sedangkan Indah gugur dalam kepungan itu. Sejak saat itu T.R. Ubit diasuh oleh Cut Caya dalam keadaan berpindah-pindah tempat (Wawancara Zainal Abidin, 1995).

Berbarengan dengan aksi gerilya yang dilakukan dengan T.R. Tampok negeri Seunagan pun mengalami perubahan sebagai akibat dari kolonisasi, modernisasi dan pergantian generasi. Sejak tahun 1928 enam perusahaan besar membuka 10 perkebunan kelapa sawit dan karet yang arealnya ratusan ribu hektar, sementara buruh atau karyawannya didatangkan dari luar (Nota Van Toelichting …). Berdirinya bivak dan perkebunan mengakibatkan munculnya Pasar Jeuram dan Alue Bilie yang didiami oleh minoritas pendatang dan penduduk setempat. Bersamaan dengan itu pemerintah kolonial membangun pula fasilitas komunikasi dan fasilitas sosial di kedua tempat.

Kesemua hal di atas mengakibatkan struktur sosial masyarakat Seunagan bertambah kompleks berkat munculnya kelompok-kelompok sosial baru di tengah masyarakat. Di kota Jeuram dan Alue Bili sendiri muncul kelas pedagang, baik yang berasal dari orang Cina maupun orang Aceh yang sukses di tempat itu seperti Nyak Ana Hamzah. Di samping itu, muncul pula generasi muda terpelajar baik yang memperoleh pendidikan umum maupun madrasah, seperti M. J. Efendi dan Tgk. Zakaria Yunus, 1906-1996. Kelompok pedagang dan intelegensia muda ini, seperti halnya minoritas pendatang, cukup adaptif terhadap ide pembaharuan yang sedang menggelinding di Kepulauan Nusantara waktu itu. Kekompleksitasan struktur masyarakat dengan sendirinya berpengaruh pada pendistribusian kekuasaan karena munculnya simpul-simpul kekuasaan baru di tengah masyarakat. Masalahnya kekuasaan tradisional di Seunagan dan Beutong pada waktu sebelumnya berada di tangan hulubalang setempat beserta jaringan birokrasinya sebagai penguasa adat dan Tgk. Padang Si Ali, sejak 1929 digantikan oleh Habib Muda 1899-1973 sebagai pemimpin spiritual Tarekat Syatariah.


Sumber: Agus Budi Wibowo dan M. Isa Sulaiman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun