Mohon tunggu...
della evelin
della evelin Mohon Tunggu... Mahasiswi Universitas Darussalam Gontor – Prodi Hubungan Internasional

Saya adalah mahasiswi Hubungan Internasional yang memiliki ketertarikan dalam dunia tulis-menulis dan literasi. Aktif menulis opini, esai, dan artikel seputar isu sosial, budaya, dan internasional. Menjadikan membaca sebagai rutinitas harian untuk menambah wawasan dan memperkaya sudut pandang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hutan Mangrove dan Perempuan Penjaga Pesisir

27 Juni 2025   16:03 Diperbarui: 27 Juni 2025   16:03 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Senina kembali melihat di sekelilingnya, matanya yang indah menatap tajam sampah sampah yang berserakan, serta limbah pabrik yang tidak bertanggung jawab. Air limbah yang keruh bercampur dengan air laut yang jernih itu. Ia geram, mulutnya tak henti mengoceh karena alam yang ia jaga beserta para mama yang lain kini hampir rusak. Senina semakin yakin bahwa ia harus menggerakan Perempuan lain agar ikut serta membangun kembali 2  hutan mangrovenya agar seperti sedia kala, dan adat yang telah ada dari nenek moyangnya tetap terjaga. Dalam hatipun ia berdo'a untuk kesejahteraan perempuan Papua, keluarganya, serta dirinya sendiri agar senantiasa kuat menjaga anugerah dari Tuhan yang sangat indah ini. 

Tak hanya seorang diri, Senina mengumpulkan para komunitas pencinta hewan, komunitas motor, dan pengguna drone untuk kembali menanam bakau, membersihkan pantai, dan kampanye berupa pentingnya menjaga alam. Dengan seru Senina melantang memimpin di barisan para mama agar masyarakat yang lain juga peduli bahwa hutan mangrove adalah anugerah dari Tuhan yang harus dijaga dari dulu, kini, hingga nanti.   

Senina dan para mama hanya berharap untuk para perempuan dan masyarakat Papua yang lain sadar bahwa hutan mangrove bukan hanya sekedar tanah, melainkan warisan dari nenek moyang yang tak ternilai harganya, tidak untuk dijual, tidak untuk dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, tidak untuk dibabat hingga gundul. Namun, hutan mangrove adalah benteng yang melindungi para mama dan masyarakat lain dari tingginya ombak laut, hutan mangrove juga sebagai sumber kehidupan yang terus menghidupi hingga generasi ke generasi dan terus menjaga alam sesuai dengan ajaran leluhur. 

Kisah perjuangan para mama dari perempuan Enggros ini merupakan bagian dari diskusi oleh forum bumi yang diselenggarakan  Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia, yang menampung suara-suara perempuan yang dengan berani berjuang untuk membangun hutan mangrove kembali. Dengan lantang para mama berbicara akan kehilangan rumahnya yang sudah ia jaga dengan penuh kasih sayangnya. Hal yang membuktikan ketulusan cinta perempuan Enggros akan laut dan tanahnya, hutan mangrove dan ekosistem di dalamnya.

 Di tepi laut Senina berdiri, sembari tersenyum dengan tulus, wajahnya yang manis bersinar sesuai dengan suasana hatinya yang riang. Ia yakin bahwa "rumah"nya akan kembali seperti sedia kala, ia yakin komunitasnya bisa membangun kembali kerusakan yang telah terjadi, dan ia yakin bahwa perempuan-perempuan Enggras adalah perempuan kuat yang berani melawan siapapun yang merusak alam sebagai anugerah dari Tuhannya.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun